Darah Penyintas Virus Corona Jadi Obat Pasien yang Masih Sakit, Bisakah?

Kamis, 26 Maret 2020 | 15:59 WIB
Darah Penyintas Virus Corona Jadi Obat Pasien yang Masih Sakit, Bisakah?
Novel Coronavirus (nCoV) alias virus corona yang sedang mewabah di China. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Perlindungan sementara

Pendekatan infus plasma sifatnya sementara, dia tidak seperti vaksi meskipun sama-sama memberi perlindungan.

Metode ini dapat memberi suntikan antibodi sementara kepada orang yang nyawanya terancam atau mereka yang membutuhkan dosis berulang.

Namun, jika FDA setuju, penelitian kedua akan memberikan infus plasma yang kaya antibodi ini kepada orang-orang tertentu yang berisiko tinggi oleh paparan Covid-19. Seperti pekerja rumah sakit atau petugas garda depan lainnya, kata Dr. Liise-anne Pirofski dari Montefiore Health, New York.

"Kami sangat membutuhkan kedua hal itu. Kita harus bisa memutus siklus penularan dan kita juga harus bisa membantu orang yang sakit," kata Pirofski.

Untuk diketahui, metode pengobatan menggunakan plasma dari pasien yang sembuh ini pernah dilakukan selama pandemi flu pada tahun 1918.

Pendekatan ini juga dipakai untuk mengatasi wabah SARS tahun 2002. Pada tahun 2014, plasma penyintas Ebola juga digunakan untuk mengobati pasien yang masih sakit selama epidemi di Afrika Barat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI