Di antara mereka yang paling terpukul adalah 120 juta buruh migran India, yang terkena dampak karantina wilayah yang berarti upah mereka hilang.
Banyak yang tidak mampu membayar sewa atau makanan di kota-kota. Dengan sistem transportasi ditutup, mereka terpaksa berjalan ratusan mil untuk kembali ke desa mereka.
Di Eropa, Prancis membujuk perusahaan agar tidak memecat karyawan mereka, melalui skema yang memungkinkan bisnis untuk mengurangi jam kerja yang mengakibatkan karyawan tidak menerima gaji besar.
Kementerian Tenaga Kerja mengatakan hampir 100.000 perusahaan Prancis meminta pemerintah untuk memberikan kompensasi karena menempatkan 1,2 juta pekerja pada jam kerja yang lebih pendek atau nol sejak wabah. Lebih dari setengah permintaan itu datang pada hari Senin dan Selasa.
Krisis Pengangguran

Di Inggris, pemerintah mengatakan 477.000 orang mengajukan permohonan selama sembilan hari terakhir untuk Kredit Universal, pembayaran untuk membantu biaya hidup bagi mereka yang menganggur atau berpenghasilan rendah.
Resolution Foundation think-tank, lembaga riset yang berbasis di Inggris, mengatakan terjadi peningkatan lebih dari 500 persen dari periode yang sama tahun 2019.
Peningkatan itu menunjukkan bahwa negara itu "sudah berada di tengah-tengah krisis pengangguran yang bergerak lebih cepat dibandingkan saat krisis keuangan".
Sementara itu tingkat pengangguran Irlandia dapat melonjak menjadi sekitar 18 persen pada musim panas dari 4,8 persen bulan lalu, Lembaga Riset Ekonomi dan Sosial mengatakan pada hari Kamis, memproyeksikan resesi sebesar 7,1 persen pada tahun 2020.
Baca Juga: Corona Pukul Industri Penerbangan, Gelombang PHK Hantui Para Karyawan
"Pengangguran sangat fluktuatif dalam menanggapi aktivitas ekonomi, yang cukup mengkhawatirkan dalam pandangan kami," kata Lee dari Organisasi Buruh Internasional.
"Sentimen di kalangan bisnis mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk kembali ke kegiatan normal," katanya. "Mereka membuat keputusan cepat untuk menyesuaikan tenaga kerja mereka daripada mempertahankan pekerja mereka."
Sumber: Antara