Jumlah Pasien Positif Corona di Bali Diduga Lebih Banyak dari Data Resmi

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 15 Mei 2020 | 19:14 WIB
Jumlah Pasien Positif Corona di Bali Diduga Lebih Banyak dari Data Resmi
[BBC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mahardika menduga jumlah kasus positif di Bali jauh lebih tinggi dari angka yang diumumkan pemerintah. Alasannya, menurut dia, pemerintah Bali selama ini tidak gencar menelusuri kontak pasien positif Covid-19.

"Datanya segitu mungkin benar karena segitu yang terdeteksi. Dari segi virologi, 300-an kasus itu sangat rendah," ujar Mahardika.

"Tracing itu tidak terjadi. Kalau benar sudah dilakukan penelusuran, sampaikan ke publik bahwa si A terpapar oleh B, B terpapar oleh C."

"Itu tidak pernah disampaikan. Bahasa yang digunakan adalah sekian persen transmisi lokal, tapi siapa yang menularkan, di mana dan apa langkah penanggulangan selanjutnya," tutur pakar virologi ini.

Portal resmi Pemprov Bali hanya mencantumkan jumlah kasus positif, orang dalam perawatan, mereka yang telah sembuh maupun meninggal.

Rincian data itu berbeda dengan publikasi harian gugus tugas pemerintah pusat yang juga memuat data pasien dalam pemantuan (PDP) dan orang dalam pengawasan (ODP).

PDP adalah istilah pemerintah untuk orang yang mengalami gejala klinis dan diduga pernah berkontak langsung dengan orang positif Covid-19.

Adapun yang digolongkan ODP adalah mereka yang mengalami gejala klinis seperti demam dan gangguan pernafasan ringan atau orang sehat yang pernah berkontak dengan pasien positif Covid-19.

Namun otoritas Bali justru mengklaim giat menelusuri kontak pasien positif Covid-19. Prosedur itu dilakukan lewat Desa Adat, kata Ni Nyoman Sri Budayanti, Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali.

Baca Juga: 7 Orang Penjual Surat Sehat COVID-19 Palsu Ditangkap di Bali

"Pemerintah Bali rajin melakukan tracing karena ada sistem desa adat dan pemuka agama yang bisa diajak berkolaborasi," tuturnya saat dihubungi.

"Peran desa adat besar sekali karena di Bali kami tidak menggunakan sistem RT/RW tapi banjar. Itu yang membuat sesama warga tahu yang terjadi di sekitarnya," kata Sri.

Sri mengatakan, jumlah tes PCR yang dilakukan Bali tidak lebih besar ketimbang daerah lain. Akan tetapi, kata dia, pemeriksaan spesimen secara cepat menjadi kunci deteksi kasus Covid-19 di Bali.

Sri berkata, setiap hari Laboratorium RS Sanglah menerima sekitar 300-400 spesimen. Hingga 8 Mei lalu, pihaknya telah memeriksa 4.722 spesimen warga Bali.

"Setiap tempat di Indonesia tesnya belum cukup. PCR juga tidak ada di setiap tempat. Di Bali, sebagian sampel dikirim ke RS Sanglah."

"Dari segi jumlah mungkin masih kurang, tapi pemerintah Bali fokus mencari ODP dan PDP. Sebagian besar kasus di Bali adalah imported case dan semua yang datang dari luar negeri sudah dites swab," kata Sri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI