Tak Ada Lebaran Bagi Tenaga Medis, 'Mimpi yang Sudah Disimpan dalam Lemari'

Dany Garjito Suara.Com
Senin, 18 Mei 2020 | 12:48 WIB
Tak Ada Lebaran Bagi Tenaga Medis, 'Mimpi yang Sudah Disimpan dalam Lemari'
Tenaga medis. [BBC]

Suara.com - Tenaga medis Indonesia berjuang mati-matian di benteng terakhir Covid-19, termasuk merelakan kehilangan momentum lebaran atau Idul Fitri yakni berkumpul bersama keluarga. Di sisi lain, muncul wacana-wacana pemerintah untuk melonggarkan pembatasan sosial.

"Jangankan lebaran, berpikir untuk bulan puasa bersama keluarga saja kami sudah tidak berani memikirkannya."

"Yang kami tahu masyarakat kan sekarang ingin mudik. Kami juga. Kami cuma ingin pulang."

Demikian sekelumit perasaan para tenaga medis yang tahun ini tak dapat berlebaran bersama keluarganya.

Salah satu yang membeberkan perasaan dan pengalamannya pada BBC Indonesia adalah Hartati B. Bangsa.

Ia salah satu dokter pertama yang menangani pasien virus corona di rumah sakit darurat Wisma Atlet-Jakarta, di zona merah, tempat seluruh pasien terkonfirmasi Covid-19.

Setiap hari ia menangani ratusan pasien dengan virus corona.

'PSBB makin persulit tenaga medis', pemerintah didesak tidak diskriminasi pekerja rumah sakit swasta Kisah tenaga medis yang hadapi wabah virus corona: ‘Bagaimana kami tidak takut?’ 'Kami tidak tahu siapa positif Covid-19': Tenaga kesehatan takutkan ledakan kasus di Papua Barat dan Papua

Tahun lalu, Hartati masih bisa mengambil cuti, merayakan lebaran bersama keluarga besar di Ternate, Maluku Utara. Tapi tahun ini, keadaan memaksanya melayani pasien Covid-19, meskipun kerinduan akan kue lebaran buatan Ibu akan membayangi selama bekerja.

Baca Juga: Fadli Zon Prihatin: Tenaga Medis Seperti Ditembaki Kawan Sendiri

"Apalagi nanti tidak bisa pulang, tentu rindu, sedih dan semuanya pasti bercampur. Itu nggak bisa dipungkiri ya, itu manusiawi," kata Hartati kepada BBC News Indonesia.

Selain tak bisa pulang kampung karena pembatasan mudik, ada yang paling membuat Hartati tak bisa meninggalkan 'benteng terakhir' penyebaran virus corona: jumlah pasien yang terus bertambah.

"Melihat eskalasi semakin tinggi dan kebutuhan semakin tinggi, tidak mungkin kita bisa duduk diam di rumah, atau kita pulang untuk ritual lebaran," katanya.

Cuti lebaran membuat petugas medis lain 'ngos-ngosan'

Sejak awal RS Wisma Atlet dibuka, Hartati bersama tim kesehatan merawat pasien Covid-19 hingga sembuh. Banyak yang pulang dengan hasil negatif, tapi tak sedikit pula yang terus berdatangan.

Sebagai gambaran, dalam satu tim terdapat 18 dokter. Pada awal di Wisma Atlet dibuka, setiap dokter jaga melayani sedikitnya 100 pasien dalam satu shift. Tapi saat ini jumlah pasien terus membengkak. Satu dokter dapat melayani hingga 300 pasien.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI