Setidaknya, menurut para peneliti, 4% dari populasi di negara-negara yang mereka amati telah terinfeksi.
"Klaim-klaim bahwa semua ini telah rampung dapat ditolak dengan tegas. Kita masih pada permulaan pandemi," kata Dr Flaxman.
Itu artinya, ketika 'lockdown' mulai dicabut, ada risiko virus corona bisa mulai menyebar lagi.
"Ada risiko yang sangat nyata bahwa jika pergerakan kembali berlangsung, akan ada gelombang kedua yang datang dalam waktu dekat, dalam sebulan atau dua bulan ke depan," papar Dr Samir Bhatt.
Secara terpisah, kajian lain yang dilakukan University of California, Berkeley, menganalisa dampak karantina wilayah di China, Korea Selatan, Iran, Prancis, dan Amerika Serikat.
Laporan mereka, yang juga diterbitkan jurnal Nature, menyebutkan karantina wilayah mencegah 530 juta penularan di negara-negara tersebut.
Sesaat sebelum karantina wilayah diberlakukan, mereka mengatakan kasus-kasus berlipat ganda setiap dua hari.
Dr Solomon Hsiang, salah satu peneliti, mengatakan virus corona adalah "tragedi manusia yang nyata" namun aksi global dalam mencegah penyebaran virus telah "menyelamatkan lebih banyak nyawa, dalam periode waktu yang singkat, ketimbang masa-masa sebelumnya."
Baca Juga: Pameran Otomotif Ditunda Akibat Pandemi, Pergelaran Satu Ini Jalan Terus