Gus Dur yang dikenal memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa dan terkesan santai membuat banyak cerita pengalaman kenegaraan yang dijalani Gus Dur saat menjadi Presiden RI, meninggalkan kenangan bagi saksi sejarah yang menyaksikannya.
Humor Gus Dur bikin rakyat Arab bisa melihat gigi sang Raja
Perjalanan kenegaraan Gus Dur juga membawa berkah bagi rakyat Arab Saudi. Dalam pertemuan antara Gus Dur dengan Raja Arab Saudi, Gus Dur sukses membuat sang Raja tertawa disaksikan oleh warga Arab Saudi.
Bahkan setelah bertemu Raja Arab, Gus Dur sempat ditanya, “Apa Yang Mulia katakana kepada raja kami hingga kami rakyat Arab sampai bisa melihat giginya sang raja?” sebagaimana dituturkan Sinta Nuriyah.
Peristiwa lain juga terjadi saat Gus Dur bertemu Presiden Amerika Serikat Bill Clinton yang saat itu hanya memiliki waktu 30 menit saja untuk bertemu Gus Dur. Namun saat tengah berbincang, suasana cair yang terjadi justru menghabiskan waktu hingga satu jam setengah, bahkan Clinton mengantarkan Gus Dur hingga ke pintu utama Gedung Putih.
Semua itu terjadi karena gaya guyonan Gus Dur yang dilontarkan kepada Presiden Bill Clinton.
Pidato hanya Gus Dur dan tuhan yang tahu
Cerita lain yang juga pernah terjadi, diungkap asisten pribadi Gus Dur, Priyo Sambadha yang juga menjabat sebagai deputi pers dan media kepresidenan. Dirinya mengaku selalu was-was saat Gus Dur akan melakukan pidato, mengingat Gus Dur selalu menyisipkan materi candaan dalam pidato kenegaraannya.
“Yang mengerti isi pidato Gus Dur itu hanya dua: Tuhan dan Gus Dur sendiri,” kata Priyo.
Baca Juga: Mantan Kapolri Lontarkan Humor Gus Dur, Alissa: Pak Polisi, Ada Teladan Nih
Menurut Priyo, selalu ada hal baru yang mencengangkan ketika Gus Dur berpidato. Yang menjadi perhatian bagi protokoler Istana saat itu adalah pidato seorang presiden dengan pidato seorang kiai itu gaungnya sangat berbeda di masyarakat. Apalagi Gus Dur punya kebiasaan unik setiap hari Jumat. Biasanya setelah salat Jumat Gus Dur selalu berkomunikasi dengan masyarakat. Bebas berbicara apa saja.
“Jadi kalau Gus Dur mau pidato itu kita deg-degan. Wah, sport jantung kita. Ini mau bicara apalagi,” ujar Priyo.
“Buat kami saat itu yang terbiasa sekian puluh tahun dengan Pak Harto, itu culture shock, sebuah kejutan budaya yang luar biasa buat kami para perangkat Istana.” imbuhnya.