Media Asing: Tertinggal dari Negara Lain, Indonesia Gagal Tangani Covid-19

Jum'at, 21 Agustus 2020 | 11:56 WIB
Media Asing: Tertinggal dari Negara Lain, Indonesia Gagal Tangani Covid-19
[Al Jazeera]

Ketika menemukan kontak, banyak yang menolak untuk diuji, takut mereka akan kehilangan pekerjaan atau dikucilkan di lingkungannya.

Data yang tidak dipublikasikan dari satuan tugas Covid-19 pemerintah, ditinjau oleh Reuters, menunjukkan hanya 53,7 persen orang yang diidentifikasi sebagai pembawa penyakit yang dikonfirmasi atau dicurigai menjadi sasaran pelacakan kontak pada 6 Juni.

Adisasmito tidak memberikan data pelacakan kontrak terbaru tetapi mengakui masih rendah dan mengatakan pemerintah bertekad untuk melacak 30 orang per kasus positif.

Jumlah tersebut masih rendah dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Korea Selatan mengatakan pada bulan Mei bahwa mereka melacak dan menguji hampir 8.000 orang setelah seorang pria dinyatakan positif setelah mengunjungi klub malam.

Menurut lima orang yang mengetahui masalah ini, WHO menyarankan pihak berwenang Indonesia bahwa pelacakan kontak harus melibatkan setidaknya 20 orang yang dilacak per kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai. Tetapi Indonesia hanya rata-rata melacak sekitar dua kontak per kasus, menurut pejabat provinsi dan data yang ditinjau oleh Reuters.

Di Jakarta, tempat virus pertama kali ditemukan di Indonesia, data menunjukkan rata-rata kurang dari dua kontak yang dilacak untuk setiap kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai pada bulan Juli.

Di Jawa Timur, tingkat penelusurannya 2,8 kontak per setiap pasien yang dikonfirmasi dan dicurigai, menurut peneliti dari Universitas Airlangga.

Seorang juru bicara WHO mengatakan Indonesia mulai mengikuti rekomendasi pelacakan kontaknya pada pertengahan Juli.

Suasana di Puskesmas Garuda Kota Bandung tempat uji klinis Covid-19 Sinovac pada Jumat (14/8/2020). [Suara.com/Cesar]
Suasana di Puskesmas Garuda Kota Bandung tempat uji klinis Covid-19 Sinovac pada Jumat (14/8/2020). [Suara.com/Cesar]

Masih di Gelombang Pertama

Baca Juga: Update Covid-19 Global: Kasus Baru India Terbanyak di Dunia

Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak memberlakukan lockdown karena alasan ekonomi dan keamanan.

Namun di sisi lain, pemerintah terus mengingatkan masyarakat untuk memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak sosial saat bekerja, bepergian, dan bersosialisasi.

"Argumennya adalah kami tidak dapat [membelinya]," kata Soewarta Kosen, seorang ekonom kesehatan yang berkonsultasi dengan pemerintah mengenai tanggapan virus korona, kepada Reuters.

"Kami takut akan terjadi kerusuhan sosial." jelas Kosen.

Perekonomian Indonesia hanya menyusut 5,3 persen pada triwulan kedua tahun 2020, jauh lebih sedikit dibandingkan banyak perekonomian negara lainnya. Tetapi ahli epidemiologi mengatakan mereka khawatir keputusan itu akan merugikan Indonesia dalam jangka panjang, terutama karena sistem kesehatannya tidak memadai untuk mengatasi jika kasus positif terus meningkat.

Dr Bambang Pujo, seorang ahli anestesi di rumah sakit rujukan utama Covid-19 di Surabaya, mengatakan tingkat kematian di bangsal antara 50 persen dan 80 persen dan tempat tidur tidak cukup.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI