Suara.com - Guru besar Universitas Indonesia, Profesor Ronnie Higuchi Rusli mengomentari vaksin Covid-19 yang didatangkan dari China.
Menurut Prof Ronnie Higuchi Rusli, vaksin tersebut adalah bagian dari bisnis besar para taipan.
Lebih lanjut lagi, Ronnie Higuchi Rusli menuding anggaran yang dipakai untuk mendatangkan vaksin itu bukan berasal dari Kementerian Kesehatan. Sebab menurutnya Kemenkes bukan importir obat atau vaksin.
"Catat vaksin itu bisnis besar para Taipan yang gelontorin duitnya untuk impor, bukan uang dari anggaran KEMENKES untuk impor vaksin, karena Kemenkes bukan importir obat atau vaksin," kata Prof. Ronnie Higuchi Rusli lewat jejaring Twitter miliknya, Rabu (21/10/2020).
Oleh sebab itu, Guru Besar UI ini kemudian menuturkan bahwa para importir memakai tangan pemerintah untuk mewajibkan vaksinasi bagi rakyat.

Dengan kata lain, program vaksinasi ini menurut Prof. Ronnie Higuchi Ruslivaksinasi Covid-19 ini hanya talangan dari Pengusaha Taipan.
"Jadi para importir itulah yang pakai tangan pemerintah untuk wajib vaksinasi. Kalau mau, lihat Singapore dan Brunei," tandasnya.
Dalam cuitan lainnya, Prof. Ronnie Higuchi Rusli mengatakan adanya vaksin impor ini menambah masalah bagi Indonesia. Di samping adanya UU Omnibus Law yang juga menuai banyak kontra.
"Memang keadaan simalakama. Sudah ada wajib dengan sanksi harus terima Omnibus Law, ditambah lagi wajib dengan sanksi harus terima vaksinasi Covid-19 dari talangan Perusahaan Taipan (karena Kemenkes tidak ada anggaran khusus untuk impor vaksin)," ujar Prof. Ronnie Higuchi Rusli.
Baca Juga: Uji Coba Vaksin Oxford Berlanjut Setelah Kematian Seorang Relawan di Brasil
"Satu belum selesai, masuk lagi vaksinasi wajib," imbuhnya.