Ambrosius menuturkan, pasukan TNI mulai menduduki Hitadipa pasca adanya penembakan Pendeta Yeremias Sanambani pada September 2020.
Akibat penembakan itu, mayoritas warga setempat memilih untuk melarikan diri lantaran trauma melihat tindakan anggota TNI.
"Terakhir saya dapat informasi itu rakyat semua sudah mengungsi, mengamankan diri dari kampung Hitadipa karena trauma," tutur Ambrosius di Kantor Komnas HAM RI, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2020).
Pola mengosongkan sebuah wilayah dengan mengandalkan kekuatan anggota TNI bukan menjadi hal asing baginya.
Sebab, metode semacam itu sempat terjadi di wilayah lain lantaran adanya perusahaan tambang yang hendak masuk.
"Jadi kecurigaan kami itu selain dari operasi yang dilakukan itu modelnya hampir sama kasus yang di Timika, juga sama di kampung Banti itu rakyat yang punya tanah itu semua digusur," katanya.
"Jadi aparat yang disuruh melakukan kontak senjata dan penyisiran sehingga rakyat semua mengungsi ke kota Timika," tambahnya.
Ambrosius pun mendapatkan informasi kalau adanya perusahaan tambang yang juga akan masuk ke Intan Jaya, Papua.
"Hal yang sama terjadi di Intan Jaya dan basis yang mau bangun salah perusahaan besar itu ada perusahaan tambang wilayahnya itu termasuk di Intan Jaya," ujarnya.
Baca Juga: Duduki SD dan SMP di Papua Sebagai Markas, TNI: Memang Sudah Tak Dipakai
"Jadi proses penembakan ini tidak terlepas dari kepentingan salah satu perusahaan yang mau masuk di wilayah itu juga."