Tak Heran Jika Pemilu Amerika Kali Ini Disebut Paling Memecah Belah

Siswanto Suara.Com
Kamis, 05 November 2020 | 18:11 WIB
Tak Heran Jika Pemilu Amerika Kali Ini Disebut Paling Memecah Belah
Seseorang berpartisipasi dalam pawai dan rapat umum untuk Presiden Donald Trump di 5th Avenue pada tanggal 25 Oktober 2020 di New York City. (AFP/David Dee Delgado)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dibutuhkan 51 kursi Senat untuk menjadi mayoritas di Senat. Republik tinggal mendapatkan tiga kursi lagi agar bisa mempertahankan kendali di Senat, sebaliknya Demokrat sepertinya akan maksimal berada pada angka 49.

Di majelis rendah DPR, Demokrat juga diproyeksikan bisa mempertahankan posisi mayoritas yang sejak pasca-pemilu sela 2018.

Namun dari hitungan Associated Press dan USA Today angkanya bakal menurun dan sampai tulisan ini disiarkan Demokrat masih membutuhkan 14 suara lagi untuk menjadi mayoritas di DPR.

Jika semua skenario berjalan lancar, maka satu setengah cabang kekuasaan di Amerika Serikat (DPR dan Presiden) di ambang milik Partai Demokrat.

Sedangkan satu setengah cabang kekuasaan lainnya (Senat dan lembaga yudikatif) dikuasai Partai Republik setelah cabang kekuasaan kehakiman didominasi oleh hakim-hakim konservatif pilihan Trump dan Republik.

Ancaman krisis konstitusional

Lembaga yudikatif atau Mahkamah Agung beranggotakan sembilan hakim yang bermasa jabatan seumur hidup.

Biasanya komposisi mereka dirancang seimbang 4 hakim dan 5 hakim dari masing-masing spektrum hukum yang biasanya dibedakan dari hakim liberal dan hakim konservatif.

Hakim liberal biasanya dipromosikan oleh presiden yang berasal dari Partai Demokrat, sedangkan hakim konservatif diajukan oleh presiden dari Partai Republik.

Baca Juga: Pemilu AS: Desa Leluhur Kamala Harris di India Rayakan Keunggulan Biden

Sekarang komposisi hakim agung di Mahkamah Agung AS berubah menjadi 6 hakim konservatif dan 3 hakim liberal. Komposisi sebelumnya adalah 5 hakim konservatif dan 4 hakim liberal.

Perubahan komposisi ini terjadi setelah Trump mengajukan hakim konservatif Amy Coney Barrett yang disetujui oleh Senat.

Barrett dimajukan Trump sebagai pengganti hakim liberal Ruth Bader Ginsburg yang meninggal dunia 18 September 2020.

Pencalonan Barrett itu diprotes oleh Demokrat karena secara etis, presiden tidak boleh menempuh langkah semacam itu menjelang pemilu.

Trump bergeming. Dia tetap mengajukan Barrett menjalani tes kelayakan di Senat yang untuk kemudian disetujui majelis tinggi legislatif yang dikuasai Republik itu sebagai hakim agung kesembilan.

Masuknya Barrett membuat media dan kalangan liberal khawatir Mahkamah Agung dan sistem peradilan AS bakal miring ke kanan atau cenderung konservatif karena segala putusan MA bakal dimenangkan oleh mayoritas enam hakim konservatif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI