Bagaimana Sejarah Kata Lonte yang Sedang Trending? Ini Penjelasannya

Rifan Aditya Suara.Com
Senin, 16 November 2020 | 17:40 WIB
Bagaimana Sejarah Kata Lonte yang Sedang Trending? Ini Penjelasannya
Curahan Hati Pekerja Seks yang Jarang Orang Tahu, Baca Kisahnya! (Shutterstock)

Suara.com - Kata lonte sedang trending dan viral di media sosial gegara perseteruan antara artis Nikita Mirzani dan beberapa pemuka agama Islam, khususnya pentolan FPI Habib Rizieq. Istilah lonte ini memang identik dengan prostitusi, tapi tahukah kalian bagaimana sejarah kata lonte? Ternyata ada kaitannya dengan bahasa Belanda.

Berikut ini disajikan ulasan sejarah kata lonte dalam beberapa dialek bahasa daerah.

Kata Lonte di Bahasa Minangkabau

Seperti yang telah diketahui, bahwa Indonesia dikenal memiliki beragam budaya serta bahasa. Setiap daerah di Indonesia memiliki kosakata dan dialek yang unik, termasuk bahasa Minangkabau.

Kosakata dalam bahasa Minangkabau ternyata bukan saja dari menyerap bahasa Melayu. Tetapi juga menyerap bahasa dari beberapa negara lain seperti Belanda, Arab, China, India hingga Eropa lainnya.

Salah satu kosakata yang diserap dari bahasa asing adalah lonte. Kata lonte dalam bahasa Minangkabau diartikan sebagai pelacur atau Pekerja Seks Komersial atau PSK.

Kata lonte sebenarnya bukanlah bahasa Melayu, melainkan bahasa serapan dari Belanda. Kemudian seiring berkembang zaman, penggunaan bahasa mengalami perubahan, termasuk kata lonte itu sendiri yang mulai jarang digunakan masyarakat. Bahkan di kalangan kaum milenial pun tidak banyak yang mengerti kata-kata yang dipakai oleh orang-orang tua, buku, dan sastra.

Berdasarkan penjelasan sejarahwan Sumatera Barat, Prof. Gusti Anan melalui bukunya yang berjudul "Sejarah Minangkabau, Loanwords dan Kreativitas Berbahasa Urang Awak (2020)", kata lonte diserap dari kosakata bahasa Belanda.

Istilah Lonte diambil dari dua kata yaitu "lonn" yang berarti upah, dan ditambah dengan "tje", yang berarti kecil atau disayangi. Lalu dua kata ini digabungkan dan menjadi "lonntje".

Baca Juga: Unggah Video Kompilasi Rizieq Ngumpat, Nikita Mirzani: Selamat Menonton

Lama kelamaan penyebutan kata lonntje tersebut menjadi lonte, yang memiliki arti seseorang yang diberi upah atau juga bisa diartikan "upahan yang disayang". Dalam sehari-hari, kata lonte justru dipakai untuk menyebut perempuan yang melayani lelaki hidung belang.

Kata lonte sendiri mulai “resmi” di Minangkabau pada abad ke-19 atau awal abad ke-20, pada masa itu lonte mulai beroperasi di Padang. Bahkan pada pemerintahan kolonial atau kompeni, lonte ini dianggap sebagai sebuah profesi. Mereka diberikan tempat yang disebut rumah bordil, di mana lonte harus terdaftar, dan memiliki catatan medis serta mendapatkan pemeriksaan kesehatan.

Lalu seiring berjalannya waktu, kata lonte mengalami perluasan arti. Kata ini tidak hanya digunakan untuk perempuan pelacur saja, tapi juga untuk perempuan yang tidak baik secara umum. Contohnya, ditujukan kepada anak gadis yang berperilaku genit. Tujuan penyebutan itu untuk mengontrol perilaku anak gadis agar tidak genit.

Kata Lonte di Bahasa Jawa

Di sisi lain, kata lonte ternyata juga diserap dari bahasa Jawa, lonthé. Kata itu justru mengacu pada jenis serangga yang menyerupai kumbang. Penjelasannya terdapat dalam kamus Bahasa Jawa karya W.J.S. Poerwadarminta berjudul "Baoesastra Djawa" yang terbit pada 1939.

Menurut Poerwadarminta, lonthé berarti 1. brêm (bngs. kuwawung cilik), 2 palanyahan. Sedangkan “kuwangwung” sendiri dijelaskan sebagai ampal atau hama kelapa.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI