Bekerja sama dengan kenalannya dari pinggiran kota, Luna memutuskan untuk mendokumentasikan pembantaian itu.
"Kami mengambil banyak foto dan video. Saya menggunakannya sendiri untuk mendokumentasikan 800 nama korban."
Dia mengirim informasi bahan peledak ke oposisi Suriah di luar negeri.
"Itu tersimpan di USB," dan saat itulah badan intelijen mulai mencari Luna.
Diseret dengan mata tertutup
Sekitar empat bulan kemudian, penyiksaan itu terjadi. Menjelang akhir 2013, Luna berada di Damaskus, membantu orang-orang mengungsi.
Tiga mobil berhenti, belasan petugas keamanan keluar. Seseorang menanyakan namanya di kartu identitasnya.
"Kemudian mereka membawa saya ke salah satu mobil," kenangnya.
"Mereka menutup mata saya dengan syal, jadi saya tidak bisa melihat tujuan kami. Mereka membawa saya ke departemen 40. Itu departemen tempat Eyad A. bekerja untuk waktu yang lama."
Baca Juga: Pengadilan Jerman Jatuhkan Putusan Bersejarah Terkait Penyiksaan di Suriah
Eyad A. adalah mantan agen rahasia Suriah yang dijatuhi hukuman 4,5 tahun penjara dalam persidangan di Koblenz, atas tuduhan membantu dan mendukung kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pada saat Luna ditangkap, Eyad sudah melarikan diri ke luar negeri. Kemudian Luna dikirim ke penjara rahasia dekat Damaskus yang dikenal sebagai Al Khatib atau Cabang 251, yang disebut "neraka di bumi".
Di sanalah terdakwa kedua, Anwar R., pernah menjadi interogator.
Teror psikologis dan ketakutan untuk anak-anaknya
Selama interogasi berjam-jam, Luna membantah tudingan dinas intelijen Suriah, namun mereka berhasil menggeledah apartemennya dan menemukan laptop yang mengungkap identitas Luna.
Sekarang para agen menginginkan nama orang yang membantu Luna.