Takut Corona, Ibu Halim Korban Bencana NTT Memilih Mengungsi di Kebun

Minggu, 11 April 2021 | 18:52 WIB
Takut Corona, Ibu Halim Korban Bencana NTT Memilih Mengungsi di Kebun
Yustina (28), perempuan hamil lima bulan bersama tujuh anggota keluarganya memilih mengungsi di sebuah gubuk atau Pondok Parek yang terletak di kebun Desa Petuntawa. (Suara.com/M. Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ratusan korban terdampak banjir bandang dan longsor akibat badai siklon tropis seroja di Kabupaten Lembata diketahui mengungsi di Pondok Parek. Beberapa dari mereka lebih memilih mengungsi di sana daripada di posko yang didirikan pemerintah daerah dengan alasan kenyamanan dan menjaga hasil panen.

Sabtu (10/4/2021) jurnalis suara.com sempat mendatangi langsung titik pengungsian mandiri tersebut. Pondok atau gubuk tersebut sebelumnya digunakan sebagai tempat peristirahatan warga seusai berkebun sekaligus menyimpan hasil panen. Pada tahun 2020 lalu saat terjadi bencana erupsi Gunung Ile Ape, pondok Parek Walang juga digunakan oleh warga sebagai tempat pengungsian.

Jurnalis suara.com diantar oleh warga sekitar bernama Robert (35) dari Desa Amakaka ke pondok Parek Walang. Dari Desa Amakaka ke pondok Parek Walang memakan waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan sepeda motor.

Kepala Posko Pondok Parek Walang Artos Tobiona (24) menyebut ada 246 jiwa yang mengungsi di sana. Sebagian besar dari mereka berasal dari desa-desa yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lembata.

"Total pengungsi yang ada di Parek Walang sebanyak 246 jiwa terdiri dari 54 KK dari Desa Lamawara dan 11 KK tersebar di Desa Atawatung, Desa Mawa, Desa Bunga Muda, Desa Amakaka, dan Desa Tanjung Batu," kata Artos saat ditemui suara.com.

"Meski keterbatasan jaringan listrik, sumber air, akses internet dan keterbatasan lainnya tetapi untuk kenyamanan mereka lebih memilih di tempat ini," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI