Jagung Titi dan Tradisi Ramadhan di Negeri Lamahala NTT

Erick Tanjung Suara.Com
Selasa, 13 April 2021 | 14:09 WIB
Jagung Titi dan Tradisi Ramadhan di Negeri Lamahala NTT
Pelaku usaha jagung titi, Zainab Abdullah (63) memasak jagung untuk diproduksi menjadi jagung titi di Desa Lamahala Jaya, Waiwerang Kota, Kabupaten Flores Timur, NTT, Senin (12/4/2021). (Antara/Andi Firdaus).

"Kami tetap menjaga tradisi Ramadhan yang biasa dijalani karena bulan suci hanya datang sekali setiap tahunnya. Tapi tentunya kami siap mengikuti anjuran pemerintah untuk beribadah sesuai protokol kesehatan," tutur Adnan.

Seperti umat muslim lainnya, warga Lamahala pun menjadikan bulan Ramadhan sebagai momen untuk kian mempererat ikatan silaturahmi satu sama lain. "Apalagi kami di Lamahala kekerabatannya memang sangat dekat, semua bersaudara di sini," katanya.

Oleh karena itu, ritual ibadah di bulan Ramadhan pun dilaksanakan bersama-sama. Misalnya saat menunggu waktu berbuka puasa.

Berbeda dengan warga Muslim lain di Indonesia yang biasa 'ngabuburit' atau menunggu waktu berbuka sambil mencari takjil, warga Lamahala memilih berkumpul di masjid untuk kemudian berbuka bersama.

"Di kampung kami tidak ada pasar Ramadhan seperti di tempat lain karena warga lebih senang memasak sendiri penganan atau makanan untuk berbuka puasa. Tapi nanti antarwarga saling berkirim makanan, juga untuk jamaah yang menunggu berbuka puasa dan solat taraweh di masjid," ucapnya.

Di bulan Ramadhan kedua yang berlangsung di masa pandemi ini, warga Lamahala memanjatkan doa agar dijauhkan dari segala marabahaya serta dikuatkan iman menghadapi bencana yang sedang dihadapi.

Bersih-bersih

Lamahala memiliki 14 surau dan satu masjid paling besar bernama Jami Al Maruf. Sudah sepekan terakhir masyarakat setempat saling bergotong royong membersihkan tempat ibadah mereka.
Selain fasilitas ibadah, kegiatan bersih bersih menjelang Ramadhan dilakukan penduduk di beberapa rumah adat serta beberapa lingkungan suku (marga).

Biasanya, sisa peninggalan sejarah kerajaan Islam di NTT itu digunakan untuk acara-acara adat sesuai dengan suku yang melaksanakannya. Salah satunya rumah adat bagian pemerintahan yang ada di desa Lamahala.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Corona, Viktor Laiskodat Tutup Kamp Pengungsian NTT

Salah satu peserta gotong royong, Dody, mengatakan kegiatan gotong royong ini sudah rutin dilaksanakan oleh masyarakat Lamahala setiap kali Ramadhan dan Idul Fitri.

Kegiatan itu disambut antusias oleh warga terutama kaum laki-laki. Sedangkan kaum perempuan menyediakan logistik seperti makanan dan minuman.

"Kami berharap kegiatan bersih-bersih ini dapat memberikan kenyamanan bersama dalam melaksanakan ibadah di bulan suci.
Selain itu, gotong royong juga menjadi sarana silaturrahmi masyarakat. Di mana semua kalangan masyarakat di Lamahala semuanya bersaudara," katanya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI