Negara-negara Ini Belum Terima Vaksin Saat Dunia Berlomba Perangi Virus

Jum'at, 16 April 2021 | 03:00 WIB
Negara-negara Ini Belum Terima Vaksin Saat Dunia Berlomba Perangi Virus
DW

Negara-negara anggota WHO telah dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 98 negara lebih makmur yang mendanai pasokan vaksin bersubsidi atau gratis untuk kelompok kedua, yakni 92 negara yang lebih miskin.

Jerman adalah salah satu penyumbang terbesar program COVAX, yang menyediakan dana hampir € 1 miliar (Rp 17,5 triliun).

"Masalahnya adalah tidak banyak lagi dosis vaksin yang tersedia karena Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) telah mengamankan sebagian besar dosis vaksin," kata Sonja Weinreich, yang bertanggung jawab atas masalah kesehatan di Brot für die Welt (Bread for the World), lembaga bantuan yang dijalankan oleh gereja-gereja Protestan di Jerman.

"Jadi mekanisme ini belum bisa berjalan dengan baik karena solidaritas ini tidak ada." Akankah pengabaian paten vaksin membantu? Koalisi besar organisasi bantuan dan kelompok lain telah menyerukan untuk mengabaikan paten vaksin COVID-19 guna membantu mengatasi masalah ini.

"Ini akan memungkinkan negara-negara miskin atau semua perusahaan di seluruh dunia yang mampu memproduksi vaksin untuk melakukan hal itu. Dapat berjalan seiring dengan transfer teknologi yang relevan," kata Weinreich kepada DW.

Brot für die Welt adalah salah satu organisasi di balik permintaan ini. Salah satu argumennya adalah sebagian vaksin dikembangkan dan diproduksi dengan dana publik: "Tidak dapat diterima sesuatu yang didanai publik dan kemudian keuntungannya diprivatisasi."

Pasokan vaksin AstraZeneca yang ditujukan untuk negara-negara Afrika, misalnya, sebagian besar diproduksi oleh Serum Institute of India, pabrik vaksin terbesar di dunia. Apakah janji COVAX realistis?

Namun, India yang berperan sangat penting untuk pasokan vaksin dunia baru-baru ini membatasi ekspor vaksin. Pemerintah ingin menyimpan persediaan vaksin untuk dipakai sendiri di India, yang saat ini mengalami rekor tertinggi tingkat infeksi.

AS juga hampir tidak mengekspor vaksin sama sekali, sementara UE hingga sekarang hanya mengizinkan pasokan untuk dikirim ke negara-negara termiskin.

Baca Juga: Nikaragua kembali Dihantam Badai Dahsyat, Kecepatan Angin mencapai 250 Kpj

Meski demikian, baik Sonja Weinreich maupun Clemens Schwanhold optimistis tujuan utama program COVAX dapat tercapai.

Tujuannya adalah untuk memvaksinasi setidaknya 20% populasi dari 92 negara penerima manfaat pada akhir tahun 2021, termasuk kelompok berisiko tinggi dan tenaga medis. Penulis: David Ehl (pkp/as)

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI