Pendeta: TPNPB Tak Perkosa Para Gadis di Beoga, Justru Damaikan Perang Suku

Jum'at, 23 April 2021 | 16:42 WIB
Pendeta: TPNPB Tak Perkosa Para Gadis di Beoga, Justru Damaikan Perang Suku
ILUSTRASI - TPNPB di Papua Barat, mengklaim menewaskan 5 anggota TNI dalam kontak senjata selama dua hari, yakni Selasa - Rabu (23-24/4/2019).

"Jadi (yang) hancur itu bukan hanya sekolah saja, tapi kita punya anak-anak perempuan juga sudah hancur, kita sudah hancur, rumah sudah hancur semua. Jadi sudah hancur dan (TPNPB) sudah pergi. Jadi sekarang sudah aman, Bapak-bapak (Aparat Kemanan) sudah datang, sudah aman," kata Pdt Jopinus Uamang dalam video viral.

"Jadi kita panggil kembali keluarga yang sudah hilang (menghilang) di hutan-hutan, guru-guru. Nanti dari pemerintah juga mereka akan datang melihat kondisi yang terjadi di Beoga," sambungnya.

Walaupun dalam video itu Pdt Jopinus Uamang tak menyebut soal pemerkosaan, media massa memberitakan siaran pers Satgas Nemangkawi Polri menyebut dugaan pemerkosaan itu didasarkan kesaksian dari Pdt Jopinus Uamang (dalam pemberitaan tentang dugaan pemerkosaan itu dituliskan sebagai “Pendeta Jopinus Wama”) dalam video yang viral itu.

 Uamang mengakui terus ia memikirkan pernyataannya yang viral itu.

“Setelah saya pulang ke rumah, saya berpikir lagi bahwa pernyataan tersebut salah. Karena bisa berdampak buruk. Jadi maaf. Itu salah. Tidak ada pemerkosaan di beoga. Ketika itu sewaktu itu saya grogi bicara, karena banyak aparat tentara dan Brimob, sehingga saya minta maaf atas pernyataan saya tentang ada pemerkosaan yang dilakukan oleh TPNPB terhadap warga. Itu tidak benar,” katanya.

Sementara Juru bicara TPNPB Sebby Sambom menegaskan, tudingan pasukan TPNPB melakukan pemerkosaan massal di Beoga tidak benar.

"Itu hanya propaganda aparat militer Indonesia," kata Sebby Sambom.

Dia menegaskan, kebanyakan anggota TPNPB adalah orang asli Papua yang berasal dari kawasan pegunungan tengah Papua.

Ia menyatakan, adat dan tradisi orang asli Papua dari wilayah pegunungan tengah melarang setiap laki-laki yang sedang berperang untuk melakukan hubungan seksual selama masa perang.

Baca Juga: Rizal Ramli: Andai Jadi Presiden, Saya Hapus Omnibus Law, Habib Cs Dilepas

“Kami orang Papua asli dari pegunungan tengah yang berbusana koteka tahu hukum perang. Saat perang, [kami] tidak boleh tidur dengan perempuan, [bahkan] sekalipun [dengan] istri [sendiri] tidak boleh. Hukum perang [dalam tradisi] kami ini masih berlaku sampai hari ini,” kata Sambom. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI