Kisah Kontraktor Kenyang Hadapi Para Pemalak Proyek

Siswanto Suara.Com
Senin, 17 Mei 2021 | 07:00 WIB
Kisah Kontraktor Kenyang Hadapi Para Pemalak Proyek
Ilustrasi pemerasan [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dari pengalaman Luther, kontraktor masih harus menghadapi kelompok-kelompok masyarakat, seperti ormas atau LSM (tentu tidak semuanya), terkadang para jago wilayah yang dilewati proyek.

“Risikonya community case, menghadapi ormas, LSM, perizinan: permit-permit sama warga,” kata Luther.

Jatah proyek yang diminta orang-orang yang mengatasnamakan LSM dan ormas terkadang bisa lebih parah lagi dari yang sebelumnya diminta perangkat pemerintahan terkecil.

Maksudnya lebih parah, seringkali mereka lebih berani memaksa dan jumlah uang yang diminta lebih besar.

Ilustrasi Uang. (pixabay.com/EmAji)
Ilustrasi uang. (pixabay.com/EmAji)

Belum lagi jumlah pengompas, terutama yang mengatasnamakan perwakilan ormas, biasanya tidak hanya satu orang atau dua orang yang datang, jumlahnya bisa berlipat ganda.

Misalnya salah satu kelurahan yang dilewati proyek terdapat beberapa pos yang didirikan ormas tertentu, tiap-tiap ketua gardu akan menodong kontraktor lewat pekerja setiap mereka butuh uang dan begitu seterusnya.

“Jadi ormas ini bisa melebihi RT/RW, dia merasa punya kekuasaan wilayah sendiri gitu. Batas kekuasaannya ya hanya mereka yang tahu.”

“Mereka selalu punya alasan untuk minta, ya keamanan dan macam-macam, intinya jatah premanlah. Yang jelas-jelas memang bener-bener pungli ya di situ.”

Bagi pelaksana proyek di lapangan, kehadiran ormas atau LSM sangat menyusahkan, terkadang mereka terpaksa berhenti bekerja karena diganggu terus-menerus dengan berbagai macam cara.

“Apalagi di wilayah orang lain gitu kan. Pekerja takut. Pasti nggak mau kerja kalau seandainya belum selesai urusan dengan ormas atau LSM itu, jadi ya menghambat nanti. Jadi berhenti kerja sebelum biaya koordinasi diselesaikan, gitu.”

Baca Juga: Kisah Penjaga Makam: Menjawab Apa Saja yang Terjadi di Kuburan

Cara memalak

Dari pengalaman Luther selama ini, banyak sekali cara yang dipakai ketua ormas atau LSM untuk mengompas kontraktor telekomunikasi. Tetapi yang paling banyak dilakukan dengan mengajukan proposal kegiatan, sebagian lagi tanpa basa-basi, ketemu langsung di lapangan dan mengajukan permintaan.

Jumlah uang yang diminta paling kecil Rp500 ribu dan yang paling besar sekitar Rp15 juta. Tapi itu baru permintaan dari satu pos ormas, karena pos-pos ormas yang lain juga akan menodong.

“Biasanya satu gardu itu Rp500 ribu sampai Rp1 juta (paling kecil). Dan itu harus dibayar di tempat. Mereka kalau minta nggak pernah melihat apakah kalau kantor kita lagi libur atau nggak, mereka nggak peduli, pokoknya harus ada.”

“Kalau nggak membayar, nggak boleh kerja dulu.”

Di Jakarta, ada beberapa wilayah yang disebut Luther sangat terkenal dengan banyaknya ormas, LSM, dan jago yang gemar menotok kontraktor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI