Dilema Pengrajin Peti Mati di Masa Pandemi: Harus Bahagia atau Berduka?

Rabu, 30 Juni 2021 | 19:37 WIB
Dilema Pengrajin Peti Mati di Masa Pandemi: Harus Bahagia atau Berduka?
Pesanan peti mati makin membludak saat terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Jakarta. (Suara.com/Arga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hal tersebut merupakan rekor penambahan kasus harian tertinggi selama pandemi Covid-19 di Tanah Air.Dari jumlah tersebut, ada tambahan 467 orang meninggal sehingga total menjadi 58.491 jiwa meninggal dunia.

Sudah puluhan ribu nyawa melayang akibat badai Covid-19 yang tak kunjung rampung hingga hari ini. Tentunya, hal tersebut adalah duka bagi mereka yang ditinggal pergi oleh sanak saudara.

Tahun ini adalah tahun keempat bagi Suherman dalam menyandang status sebagai tukang peti mati. Sudah hampir dua tahun, Suherman makin akrab dengan kematian. Di sisi lain, pesanan peti mati yang datang bukan hanya sekedar pundi cuan.

Ikut Sedih Covid Telan Banyak Nyawa

Suherman mafhum, meraup keuntungan di tengah kesedihan bukan sesuatu yang elok. Tapi di satu sisi, pekerjaan itu harus tetap dia jalani agar dapur di rumah tetap ngebul. Merespons kematian yang terus melonjak, Suherman memaknai pekerjaan mengerjakan peti sebagai satu dari ribuan cara dalam usaha mengatasi pandemi ini.

"Kalau bisa mah jangan sampai (melonjak terus), tapi namanya memang keadaan begini ya mau tidak mau sih kami jadi siap bantu," ungkap dia.

Sebagai seorang medioker, yang Suherman miliki adalah rasa solidaritas dan harapan. Dia berharap agar kasus positif maupun kematian akibat Covid-19 bisa berkurang. Siang itu, Suherman semacam membacakan sebuah puisi pamflet di kompleks TPU Pondok Kelapa.

"Bukannya kami ngarepin kerjaan banyak, bukan. Sama, kami kasihan juga sama orang yang ditinggal pergi keluarga gara-gara corona," tegas Suherman.

Matahari masih tampak gagah siang itu. Bersama peti-peti mati yang sedang dijemur, sebuah ambulans dari salah satu rumah sakit tiba di depan markas CV. Sahabat Duka. Artinya, ada pesanan peti mati buntut dari kasus kematian Covid-19. Wajah Suherman yang tertutup masker seperti mengirim pertanyaan:

Baca Juga: Sudah di Ambang Batas Kemampuan Tangani Covid-19, Relawan: Warga DIY Maafkan Kami...

"Harus sedih, atau bahagia?"

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI