Jumlah pendukung tersebut merupakan kaum milenial yakni berusia di bawah 30 tahun.
"1 orang yang menolak acara ini dibanding 30 orang yang mendukung acara ini. Publik ini Rata-rata orang milenial semua. Ini fenomena baru kalau saya melihat, saya cermati trend terbaru anak-anak muda yg tidak menonton tv ko jadi atensi," kata Agung
"Kenapa saya bilang jarang nonton TV, karena Nelson mengatakan durasi mereka nonton gadget lebih banyak daripada menonton TV," kata dia.
Agung menuturkan jika dilihat dari media sosial KPI, jumlahnya berbanding terbalik. Sehingga ia menilai ada fenomena baru dalam tayangan di televisi.
"Tapi setidaknya kalau kita lihat medsos KPI netizen divalidasi 1 berbanding 30 dalam 1 hari. 1 orang menolak 30 yang mendukung itu. Kita bicara publik sebagai mayoritas 30 itu adalah publik. Kita menganut prinsip-prinsip demokrasi sebagai suara mayoritas misalnya begitu," katanya.
"Tapi ini fenomena ya, kita tidak mau berdebat dari sisi metodologi ataupun apapun. Fakta ini kemudian berpikir, tayangan ini menjadi untuk menyampaikan pesan pada kaum muda. Bagaimana kalau kemudian pernikahan ini sampaikan pesan budaya, budaya Jawa dan budaya Minang," Agung menambahkan.
Sebelum penayangan tersebut, KPI menyampaikan tiga hal yang harus diperhatikan stasiun TV.
Yakni durasi, pesan budaya dan protokol kesehatan yang harus dipatuhi Stasiun TV yang menayangkan pernikahan Atta -Aurel
"Kita sampaikan ke pihak TV tiga hal ini diperhatikan, durasi budaya dan prokes, oke kemudian mereka (KPI) ikut apa yang diminta oleh KPI. Yang pertama kami evaluasi, kedua durasinya 2 jam 15 menit ke-2, yang ketiga juga sama 2 jam 15 menit," katanya.
Baca Juga: PPKM Darurat Segera Diberlakukan, Ini Rincian Pembatasan Baru yang Diterapkan