“Jadi istrinya bercerita kalau dia mimpi naik mobil sama suaminya dan mentok di tanah. Kemudian ibunya bilang, kalau saya meninggal, saya dimakamkan di samping suami saya ya, ibunya bilang seperti itu,” ujar Sulis mengulang perkataan dari perempuan itu dengan suara yang mulai serak.

Ayah yang Tegar
Mendengar perkataan itu, ayah dari satu orang anak ini mengaku mencoba tegar agar tidak terbawa suasana sedih. Karena bagaimana pun juga dirinya adalah seorang relawan yang harus terlihat tetap kuat.
“Terus saya bilang, Ibu jangan ngomong seperti itu. Kalau ibu enggak ada bagaimana anak-anak. Ibu harus kuat,” ujar Sulis dengan suara terbata-bata.
Padahal diakuinya, tetap saja dia terbawa suasana, saat itu juga pria berusia 28 tahun ini teringat dengan istri dan anaknya yang baru saja genap berusia dua tahun pada bulan ini.
“Namanya saya juga manusia ya, tetap saja nggak bisa untuk tidak terbawa suasa. Langsung tuh ingat istri sama anak di rumah,” ujarnya.
Peristiwa itu hanya satu dari sejumlah kejadian yang dialaminya dalam beberapa minggu terakhir ini. Tak jarang dia membawa pasien Covid-19 dalam kondisi darurat ke rumah sakit, berselang beberapa hari kemudian menjemputnya kembali untuk diantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir.
Terbayang Terus sampai Stres
Belum lagi suasana rumah sakit yang penuh sesak dengan pasien Covid-19 menjadi pemandangan yang harus disaksikannya setiap hari. Peristiwa terparah kata Sulis, terjadi saat pertengahan bulan lalu, berbarengan dengan angka kasus Covid-19 yang membludak.
Baca Juga: Viral Sopir Ambulans Terkapar di Depan IGD dan 5 Berita Viral Lainnya
“Di salah satu rumah sakit, saat saya masuk ruang IGD saya lihat banyak pasien Covid-19, mulai dari ringan hingga berat. Itu situasinya sudah rumit sekali. Ada sesak dibantu oksigen, ada yang di kursi roda, ada yang sakratul maut, ada yang meninggal karena tidak tertolong,” ujarnya mengingat situasi itu.
Situasi itu pun sempat membuatnya stres dan terbayang-bayang, Namun dia tetap berusaha menguatkan dirinya.
“Ini sampai kapan seperti ini terus,” kata Sulis.
Karena sejumlah rangkaian peristiwa itu, Sulis mengaku membuat dirinya lebih banyak mengingat kematian dan membuatnya berusaha semakin dekat dengan Tuhan. Sebab sejumlah jenazah yang diantarnya tidak memandang usia, yang tua dan muda bisa saja menjadi korban keganasan Covid-19.
Lantaran hal itu dia mengaku, sangat sakit hati dan kecewa melihat orang-orang yang masih abai dengan protokol kesehatan.
Bagaimana tidak, keganasan dari Covid-19 menjadi pemandangan kesehariannya setiap hari. Lantas kemudian melihat ada masyarakat yang tidak peduli dengan protokol kesehatan.