"Jadi ada ongkos atau pengeluaran tambahan kan, itu yang menurut kami tidak dipikirkan oleh perusahaan. Misalnya soal transportasi, sarapan pagi, kan kalau pagi-pagi belum ada yang jualan makanan," beber dia.
Pabrik Abai Soal Fasilitas Kesehatan
Dalam masa-masa menyedihkan seperti ini, masker, sarung tangan, hingga hand sanitizer menjadi kebutuhan pokok layaknya sandang, pangan, dan papan. Tubuh manusia memerlukan barang-barang seperti itu agar tetap bisa beraktivitas secara normal di tengah lingkungan yang ngeri.
Pada lingkup kerja sektor buruh, rupanya barang-barang seperti masker hingga sarung tangan tidak difasilitasi oleh pihak pabrik. Artinya, perusahaan tidak menunjukan upaya dalam rangka pencegahan dan penyebaran virus covid-19 dilingkungan kerja pabrik.
Pihak perusahaan, kata Jumisih, sempat memberikan masker kepada para pekerja pada awal-awal pandemi Covid-19 melanda Tanah Air. Tapi sudah satu tahun pandemi ini berjalan, pihak perusahaan tidak lagi memberikan masker hingga vitamin.
Modal pabrik atau perusahaan dalam hal ini adalah satu, yakni tempat cuci tangan. Itu pun hanya sekedar tempat cuci tangan, tak ada sabun atau hand sanitizer.
"Sepertinya perusahaan itu belum menyediakan upaya-upaya untuk pencegahan dan penyebaran virus Covid-19. Maskernya saja juga tidak dikasih, vitamin tidak dikasih," ujar Jumisih.
![Aksi teatrikal yang dilakukan pendemo di depan Monas, Jakarta Pusat, Rabu (21/4/2021). [Suara.com/Dian Latifah]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/21/16421-buruh-demo.jpg)
Untuk urusan vaksinasi Covid-19 di lingkungan sektor buruh, belum menyasar hingga keseluruhan. Kata Jumisih, memang sempat ada program vakasinasi yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan, namum tidak menjangkau seluruh pekerja.
Atas hal tersebut, rekan-rekan buruh harus mengikuti program vaksinasi berdasarkan teritori wilayah melalui RT dan RW setempat. Jumisih juga menyebut, belum semua anggota FSBPI menerima vaksin Covid-19.
Baca Juga: RSUD Rasidin Padang Kembali Jadi Rumah Sakit Khusus Covid-19
"Ada juga yang vaksin lewat pabrik, ada juga yang lewat teritori atau tempat tinggal dari RT/RW setempat, tetapi memang masih berjalan sih, belum semua," katanya.
Klaster Pabrik
Jumisih mengatakan, sudah banyak anggota FSBPI yang terpapar Covid-19. Total ada 167 anggota yang dilaporkan positif Covid-19 hingga hari ini.
Total tersebut berasal dari anggota FSBPI yang ada di sejumlah wilayah di Indonesia. Rinciannya, di Jawa Tengah ada satu anggota yang positif, di Karawang ada 28 anggota yang positif, dan selebihnya berasal dari anggota yang berdomisili di Ibu Kota.
"Kami di organisasi juga sudah banyak yang terpapar, anggota kami juga terpapar dan klaster pabrik menjadi tempat penyebaran yang cukup cepat. Sampai hari ini, ada 167 orang yang terdata. Awalnya hanya satu atau dua orang. Tapi akhirnya menyebar gitu," papar Jumisih.
Terjadinya klaster pabrik, ungkap Jumisih, disebabkan oleh kebijakan perusahaan atau pabrik mengenai sistem jam kerja. Terlebih, satu pabrik biasa mempekerjakan ratusan hingga ribuan orang.