Takut Pernikahan Paksa oleh Taliban, Banyak Keluarga Tinggalkan Afganistan

Jum'at, 10 September 2021 | 18:10 WIB
Takut Pernikahan Paksa oleh Taliban, Banyak Keluarga Tinggalkan Afganistan
DW

Suara.com - Banyak dari keluarga Afganistan mengaku kabur ke Pakistan untuk menghindari Taliban karena takut anak atau saudara perempuan mereka dinikahi paksa oleh anggota kelompok tersebut.

Khalid Shinwari (25) merasa lega setelah berhasil melarikan diri dari Afganistan yang kini dikuasai Taliban.

Ia berhasil mencapai Pakistan dalam beberapa hari terakhir. Shinwari mengaku ia dan keluarganya pertama kali pindah ke Pakistan pada tahun 1990-an, tepatnya saat perang saudara melanda Afganistan yang akhirnya membawa Taliban berkuasa.

"Ayah saya berpikir bahwa Pakistan akan menjadi tempat yang aman untuk dikunjungi, mengingat situasi yang bergejolak di Afganistan," katanya, seraya menambahkan bahwa keluarganya menetap di Kohat.

"Kami menghabiskan beberapa tahun di kota itu bekerja keras siang dan malam."

Ternyata pada tahun 2007, situasi di Afganistan kembali stabil dan banyak investasi mulai masuk ke negara itu, yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan bisnis yang berkembang pesat, kata Shinwari.

"Kami lantas memutuskan untuk kembali ke negara kami," ungkapnya kepada DW.

Keluarganya pun senang bisa kembali ke tanah air mereka meskipun ada gejolak di beberapa bagian negara.

Khawatir akan nasib anak perempuan

Baca Juga: Taliban Umpamakan Wanita Tak Berhijab seperti Irisan Melon, Warganet Murka

Runtuhnya pemerintah sipil Afganistan dan pengambilalihan cepat negara itu oleh Taliban pada bulan lalu kini membuat keluarga Shinwari ketakutan.

"Ada desas-desus di daerah yang berdekatan dengan kami bahwa Taliban akan meminta anak perempuan. Saya memiliki empat saudara perempuan, dua di antaranya belum menikah. Kami melakukan perjalanan yang sulit untuk menyelamatkan dua saudara perempuan saya yang belum menikah ini," tutur Shinwari.

"Saya tidak ingin mereka dipaksa menikah dengan pejuang Taliban," tambahnya.

Meski meninggalkan rumah leluhurnya terasa menyakitkan, tetapi dia harus mengambil langkah itu demi kedua saudara perempuannya.

"Kami harus berjalan kaki selama tiga hari, membayar petugas transportasi yang berbeda yang membawa kabur uang kami. Kami meninggalkan segalanya di rumah kami dan sekarang kami tinggal di Rawalpindi. Saya bekerja di sebuah restoran sementara saudara laki-laki saya yang lain juga bekerja. Kami senang saudara perempuan kami aman sekarang," katanya.

Senada dengan Shinwari, seorang penjual sayur bernama Tariq Khan, yang juga berasal dari Nangarhar, mengatakan bahwa dia meninggalkan Afganistan karena khawatir dengan keselamatan putrinya yang berusia 10 tahun.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI