Remaja Ini Tewas Usai Minum Pil yang Dibeli di Snapchat, Ternyata Narkoba

Reza GunadhaABC Suara.Com
Rabu, 06 Oktober 2021 | 14:43 WIB
Remaja Ini Tewas Usai Minum Pil yang Dibeli di Snapchat, Ternyata Narkoba
Ilustrasi aplikasi Snapchat. [Shutterstock]

Ganja adalah yang paling populer, diikuti oleh pil 'MDMA' atau ekstasi.

A hand holding a phone with Snapchat open. Image: Amy meminta agar dewan penasehat Snapchat, bersama dengan orang tua yang kehilangan anak mereka, ikut berupaya mengawasi upaya melarang jual beli narkoba di Snapchat. ABC News

Monica Barratt dari RMIT University di Melbourne adalah pakar obat-obatan di dunia digital, sekaligus peneliti.

"Ketika kita bertanya, 'Mengapa Anda menggunakan aplikasi daripada situs gelap?' Mereka akan berkata, 'Ini lebih cepat. Saya bisa mendapatkan obat lebih cepat karena ini sifatnya pertukaran langsung.'

"Para pengedar akan menampilkan video-video dari obat-obatan ini. Mereka akan membuka bungkusnya atau menunjukkan seperti apa obat itu dari aspek yang berbeda."

Tapi tidak hanya berhenti di video saja.

Fitur 'Location' di Snapchat digunakan untuk mengirim menu kepada calon pembeli, yang kemudian akan menghilang setelah dilihatnya. Ada juga kode, jenis huruf, dan emoji tertentu yang memberikan kode kepada calon pembeli jika akun mereka menjual narkoba.

Salah satu orang tua yang kehilangan anak mereka karena 'overdosis' mengatakan memesan narkoba di jejaring sosial semudah memesan pizza.

Kepala komunikasi Snapchat, Rachel Racusen, mengatakan perusahaannya berkomitmen untuk menemukan, kemudian menghapus akun pengedar narkoba.

"Dalam beberapa bulan terakhir, kami terus memperkuat machine-learning kami, untuk secara proaktif mendeteksi aktivitas terkait narkoba, kemudian bekerja dengan DEA [Administrasi Penegakan Narkoba] dan para pakar lainnya untuk terus memperbarui upaya ini, seiring dengan berkembangnya perilaku ini, " dia berkata.

Baca Juga: Bayaran Pakai Bitcoin, Begini Cara PNS di Riau Jual Narkoba 'Kertas Dewa'

Tim operasi penegakan hukum Snapchat di Australia juga mengatakan sudah memberikan data kepada Polisi Federal Australia untuk membantu penyelidikan penjualan obat-obatan keras dan terlarang di Snapchat.

Pakar kejahatan dunia maya dari University of New South Wales, Richard Buckland ada kesulitan untuk mengatasi masalah ini.

"Saya bukannya dengan perusahaan teknologi," kata Profesor Richard.

"Saya tidak ingin ada undang-undang yang nantinya akan mengatakan setiap kali polisi datang minta data, kemudian mereka harus memberikannya."

"Tapi saya pikir perusahaan teknologi harus memiliki orang-orang yang mau terlibat, harus ada upaya yang dilakukan agar membuat mereka sangat termotivasi untuk membantu memecahkan masalah ini."

Apa yang dilakukan perusahaan jejaring sosial?

Snapchat sekarang menjalankan kampanye yang ditargetkan untuk mendidik penggunanya soal fentanil.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI