Jaksa Agung Larang Anak Buah TikTokan, Pengamat: Ketinggalan Zaman

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 15 Oktober 2021 | 07:06 WIB
Jaksa Agung Larang Anak Buah TikTokan, Pengamat: Ketinggalan Zaman
Ilustrasi aplikasi TikTok. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jaksa Agung ST Burhanuddin meminta jajarannya agar menghindari bermain aplikasi Tiktok, serta lebih berhati-hati dalam mengunggah konten di media sosial.

"Tolong hindari memamerkan kemewahan atau hedonisme dalam kehidupan keseharian kita di media sosial. Saya juga ingatkan sekali lagi untuk teman-teman, hindari bermain Tiktok yang ujungnya adalah hedonisme," ujar Burhanuddin dalam video yang berjudul 'Arahan Jaksa Agung RI Dalam Penggunaan Media Sosial Secara Bijaksana', yang disiarkan di YouTube Kejaksaan RI.

Menanggapi hal itu, Digital Business Consultant, Tuhu Nugraha mengatakan bahwa jika larangan tersebut menunjukan Jaksa Agung tak mengikuti perkembangan teknologi informasi.

"Iya ini akan tertinggal dari perkembangan publik, karena susah juga melarang (mereka menggunakan TikTok). Sekarang hal yang lebih baik dilakukan pengaturan rambu-rambunya dibanding melarang, dirangkul tapi dengan beberapa etika dan aturan," ujar Tuhu ditulis Jumat (15/10/2021).

Dirinya pun memberikan saran agar tak ada pelarangan, namun lebih memberikan aturan yang jelas.

"Boleh membuat konten Tiktok dengan message apa dan tidak boleh di lokasi mana saja beserta etikanya," kata dia.

Ia mengatakan bahwa Kejaksaan Agung bisa membuat konten yang menarik terkait dengan capaian kinerjanya.

"Ya, itu bisa juga. Jadi tergantung pesan apa yang ingin disampaikan ke publik. Sangat bisa itu, karena segala lapisan masyarakat justru adanya di Tiktok," ujarnya.

Menurutnya, perkembangan aplikasi Tiktok saat ini sangatlah pesat, karena orang lelah dengan Instagram yang harus terlihat sempurna, bahagia dan kaya.

Baca Juga: Wanita Pamer Pemandangan di Luar Jendela Kamar, Publik: Pasti Berisik Banget

"Tiktok membuat orang bisa tampil apa adanya dan utamanya ada ‘kode etik tak tertulis’ untuk tidak saling membully," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI