Pengurangan sampah kata Ganjar targetnya 30 persen pada tahun 2025. Yaitu dari timbulan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga.
"Programnya pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah, pemanfaatan kembali sampah," ucap Ganjar.
Adapun penanganan sampah yakni targetnya 70 persen pada tahun 2025 dari timbulan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Program-programnya yakni pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Namun Ganjar menyoroti problem sampah -sampah kesehatan terutama masker. Sehingga kata Ganjar masyarakat harus diberikan edukasi terkait sampah kesehatan harus.

"Hari ini kita punya problem ya sampah-sampah kesehatan terutama masker. Rasa-rasanya kita mesti mengeduasi. Masker kita bisa buat apa ya.
Ia menyebut di beberapa negara limbah masker bisa menjadi benang atau alas kaki.
"Beberapa negara di Eropa itu sudah di lebur bisa jadi benang terus kemudian kerjasama dengan perusahaan alas kaki dan menjadi ornamen dari sepatu," ucap dia.
Dalam webinar Ganjar juga berpesan masker yang dibuang diletakkan satu wadah.
"Tapi ingat itu ternyata ketika sampah yang ada karetnya itu jika dilaut bisa megganggu hewan-hewan yang ada sana, ikan ikan-ikan dan kemudian mereka terikat dan kemudian mereka (ikan) menjadi cacat dan inilah yang kemudian kita mesti ajari jadi memilah-memilah. Saya titip betul limbah medis di masa pandemi taru di satu tempat kemudian direndam pake deterjen biar virus mati semua, tolong dipotong karet-karetnya sederhana saja," ungkap Ganjar.
Baca Juga: Hari Habitat Dunia, BTN Gelar Akad Kredit Massal 3.000 Unit
Lebih lanjut Ganjar mengatakan peran pemerintah daerah dalam mendukung pengurangan gas rumah kaca pengelolaan limbah yaitu mendorong terlaksananya pengelolaan sampah berbasis Jakstrada ( 100% pada tahun 2025) melalui program pengurangan penanganan sampah.