Satu ftalat yang dikenal sebagai DBP (juga DnBP) telah digunakan dalam pelapis lantai PVC, perekat, dan bahkan tinta cetak. Namun, sudah dilarang digunakan dalam produk perawatan anak, mainan, dan kosmetik karena dianggap karsinogenik.
"Kami mendeteksi ortho-phthalates atau plasticizer pengganti di semua sampel makanan," tulis penulis penelitian.
"DnBP adalah orto-ftalat yang paling sering terdeteksi dalam makanan sebesar 81%."
Mereka juga mendeteksi DEHT, plasticizer yang telah diperkenalkan untuk menggantikan bahan kimia yang lebih beracun, baik di sarung tangan maupun makanan yang mereka pelajari.
DEHT digunakan dalam tutup botol, ban berjalan, bahan lantai, dan pakaian tahan air.
Sebuah pertanyaan tentang pemerataan kesehatan
Para peneliti mengutip sebuah proyek yang disebut TENDR, yang "menyimpulkan bahwa ada bukti substansial yang menghubungkan paparan ftalat dengan peningkatan risiko untuk belajar, perhatian, dan masalah perilaku anak-anak."
Wanita hamil dan komunitas kulit berwarna juga berisiko lebih tinggi terkena ftalat.
Ada bukti, tulis para peneliti, bahwa "kontaminasi bahan kimia pada makanan dapat berdampak tidak proporsional pada kelompok yang terpinggirkan."
Baca Juga: Hits: Bahan Kimia pada Makanan Cepat Saji, Aktor Will Smith Berpikir untuk Bunuh Diri
Mereka menyebutnya sebagai masalah pemerataan kesehatan.