Suara.com - Agustina Lengkong harus berhenti sekolah saat ia duduk dikelas satu SMP, setelah sebagian tubuhnya dari pinggang ke bawah mati rasasehingga dia tidak bisa lagi berjalan.
"Sekolah saya duakilometerjauhnya dari rumah, jadi karena tidak bisa berjalan saya akhirnya berhenti sekolah," kata Agustina.
Ia tinggal di Desa Benteng Kado, Kecamatan Kapala Pitu di Toraja Utara, sekitar 322 kilometerdari ibu kota Sulawesi Selatan, Makassar.
"Saya sudah 23 tahun mengalami paraplegia, dan saya sudah mulai membuka usaha berjualan di rumah sejak 11 tahun lalu," kata Agustina kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.
Dalam menjalankan bisnis toko kelontongnya, Agustina menggunakan teknologi digital banking, dan karena pengetahuannya di bidang ini pula ia dipercaya menjadiagen layanan digital salah satu bank nasional.
"
"Awalnya saya pake hapejadul untuk jual pulsa, sekarang saya melayani pembayaran listrik, bayar BPJS, transfer uang. Pelanggan saya bahkan ada yang di Papua dan di tempat lain yang meminta bantuan saya setelah kenal."
"Kinihanya berbekal telepon genggam saja, iabisamenjalankan bisnis tanpa harus pergi ke mana-mana.
Ia menambahkan, meski sempat terjadi penurunan transaksi selamapandemi COVID-19, hal itu tidak berlangsung terlalu lama sehingga ia tidak terlalu terdampak secara ekonomi.
Baca Juga: Menengok Serunya Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Terowongan Kendal Sudirman
"Karena saya menjual kebutuhan sehari-hari di desa, otomatis orang tetap mencari."
BERITA TERKAIT
Abreena: Perhiasan Berbahan ASI, Simbol Cinta Seumur Hidup
02 Mei 2025 | 01:45 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI