"Mereka ini bekerja sebagai tukang parkir, melakukan usaha pijat, berjualan kue, usaha menjahit yang terhenti karena tidak adanya pesta."
Namun, diakui olehnya, para difabel yang sudah memiliki akses digital, seperti Agustina, bisa bertahan selama pandemi, walaujumlah tersebut masih rendah.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2019, jumlah difabel di Indonesia adalah 21,5 juta orang atau sekitar8 persen dari populasi Indonesia.
Dari jumlah tersebut, menurut Ishak,baru sekitar 40 persen yang memiliki akses digital, seperti kepemilikan hape atau gawai lainnya.
Saat ini, pergerakan kelompok difabel tengah membuat survei kedua untuk mengetahui keadaan sebenarnya di masa pandemi, hal yang dinilai Ishak Salim sebagai sebuah kemajuan.
"Ketika melakukan survei masing-masing teman difabel memberikan kontribusi mulai dari desain survei, apa yang harus dilakukan sampai kemudian pada pengelolaan hasilnya," kata Ishak.
Sekarang sudah terkumpul data dari 1.680 orang difabel dan hasilnya akan disebarkan di pertengahan bulan Desember.
Teknologi daring seperti pertemuan lewat Zoom, jugamembuat proses menjangkau para pegiat difabel di seluruh Indonesia lebih mudah dilakukan.
Baca Juga: Menengok Serunya Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Terowongan Kendal Sudirman
"Dari hasil survei kami bisa memberikan masukan kepada Pemerintah yang dalam reaksi cepatnya juga bisa menyertakan kepentingan kelompok difabel," kata Ishak lagi.