Psikiater mengatakan Erika bisa bekerja lagi, tapi hanya di pagi hari dan durasi waktu yang dikurangi.
Namun, Coles mengatakan posisi seperti itu tidak tersedia dan kemudian menawarkan paket untuk berhenti.
"Itu berita yang sangat menyedihkan," katanya.
"Tidak ada komitmen apa pun dari perusahaan. Tidak ada keluwesan sama sekali. Kami butuh kamu bekerja, kalau tidak, ya kamu harus berhenti."
Erika Macdonald mengatakan dia mengalami trauma atas pengalaman itu dan bahkan sejak itu dia tidak pernah lagi belanja di Coles.
Coles menolak memberikan komentar mengenai apa yang dialami Erika Macdonald.
Coles menghadapi gugatan dengan tuduhan upah rendah
Erika Macdonald merupakan salah satu pegawai Coles yang mengajukan gugatan class action dan menggugat jaringan supermarket terbesar kedua di Australia itu membayar kekurangan upah para manajernya sekitar A$300 juta (lebih dari Rp3 triliun).
Erika berharap kasus ini akan menguak banyak kasus lain di mana staf dibayar dengan upah rendah dan bekerja terlalu berat di sektor ritel.
"Ini harus diubah. Mementingkan keuntungan dengan mengorbankan pekerja," katanya.
Baca Juga: Hits Health: Varian Omicron Menyebar di Pub Australia, Kepribadian INTJ yang Langka
Selain class action dari mantan staff, Coles juga menghadapi gugatan hukum dari Fair Work Ombudsman (FWO) mengenai kasus terpisah mengenai kurangnya pembayaran terhadap para manajer antara tahun 2017-2020 yang nilainya diperkirakan lebih dari A$100 juta (Rp1 triliun).