Acara itu digagas Nurhasan, seorang ketua padepokan Tunggal Jati Nusantara.
Saat ini, Nurhasan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi, kata Kepala Kepolisian Resor Jember Ajun Komisaris Besar Hery Purnomo.
Nurhasan selama ini sudah sering menyelenggarakan acara dzikir dan pengobatan.
“Memang anggotanya datang dengan berbagai macam tujuan. Para anggota ini memiliki masalah, seperti masalah ekonomi, masalah keluarga, atau juga satu dua memiliki masalah guna-guna, santet, atau ilmu hitam lainnya. Ada juga yang memiliki tujuan mendapatkan ilmu kanuragan,” kata Hery.
Menjadi perhatian
Peristiwa itu menjadi perhatian Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur, terutama dari sisi paham dan ritualnya.
“MUI Provinsi segera mengirim tim untuk melakukan kajian komprehensif dan akan berkoordinasi dengan pihak terkait, agar hal serupa tidak terulang lagi di kemudian hari,” kata Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur Abdul Halim Subahar.
“Kami ingin masyarakat tidak terkecoh(terhadap aliran itu).”
Halim menyebutkan ritual keagamaan seharusnya tidak boleh membahayakan jiwa umat.
Baca Juga: Pengakuan Korban Selamat Petaka Ritual di Pantai Payangan Jember: Cari Berkah Ratu Pantai Selatan
“Ritual keagamaan kalau mengancam keselamatan jiwa pasti ritual yang salah. Agama sangat menganjurkan kita agar menjaga keselamatan jiwa,” katanya.