Penelitian: Pasukan Belanda Gunakan Kekejaman Ekstrem di Indonesia

Minggu, 20 Februari 2022 | 12:42 WIB
Penelitian: Pasukan Belanda Gunakan Kekejaman Ekstrem di Indonesia
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Temuan para peneliti sejarah yang dirilis hari Kamis ini memberikan gambaran yang jauh lebih suram tentang tindakan pasukan Belanda.

"Selama perang, angkatan bersenjata Belanda menggunakan kekerasan ekstrem secara rutin dan struktural, dalam bentuk eksekusi di luar hukum, perlakuan buruk dan penyiksaan, penahanan di bawah kondisi yang tidak manusiawi, pembakaran rumah dan desa, pencurian dan perusakan properti dan persediaan makanan, serangan udara yang tidak proporsional dan penembakan artileri, dan apa yang seringkali merupakan penangkapan massal secara acak dan penahanan massal,'' kata proyek penelitian itu dalam pernyataannya.

Angkatan bersenjata dan pemerintah Belanda bertanggung jawab Selanjutnya para peneliti menulis: "Angkatan bersenjata Belanda sebagai institusi bertanggung jawab atas kekerasan yang digunakan itu, termasuk kekerasan ekstrem. Namun mereka beroperasi dalam konsultasi erat dengan dan di bawah tanggung jawab pemerintah Belanda.''

Seorang perwakilan dari Institut Veteran Belanda mengkritik temuan tersebut.

"Hasil penyidikan menimbulkan rasa tidak nyaman dan kekhawatiran dalam diri saya, karena para veteran yang bertugas di bekas Hindia Belanda itu secara kolektif ditempatkan sebagai tersangka berkat kesimpulan yang tidak berdasar," kata direktur lembaga itu, Paul Hoefsloot, dalam sebuah pernyataan tertulis.

Hans van Griensven, ketua organisasi veteran Belanda lainnya, mengatakan kepada stasiun siaran nasional NOS bahwa kekerasan itu "tidak meluas seperti yang digambarkan sekarang."

"Tentu saja, ada yang salah, seperti yang terjadi di setiap perang," kata Van Griensven.

"Tapi secara umum juga ada bantuan kemanusiaan, bantuan pangan dibagikan, infrastruktur dibangun.

Itu tidak dibahas dalam temuan tersebut, tambahnya. Proyek penelitian, yang sebagian didanai oleh pemerintah Belanda itu merupakan bagian dari pengelolaan sejarah masa kolonial Belanda yang lebih luas. Tahun lalu, walikota Amsterdam meminta maaf atas keterlibatan kota itu dalam perdagangan budak. Tahun ini, Rijksmuseum di Amsterdam untuk pertama kalinya menggelar pameran tentang sejarah revolusi dari sudut pandang Indonesia, dengan melibatkan kurator dari Indonesia. hp/yf (ap, dpa, rtr)

Baca Juga: Akui Kekerasan Militer Saat Perang Kemerdekaan Indonesia, PM Belanda Minta Maaf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI