Dilansir outlet-outlet media terkemuka, antara lain Financial Times dan Washington Post, Moskow telah meminta peralatan militer kepada Beijing sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu.
Namun, para pejabat tersebut enggan membahas secara spesifik bantuan militer yang diminta Moskow dengan alasan perlunya menjaga proses pengumpulan data intelijen.
Sementara dilansir CNN, seorang pejabat AS yang juga enggan disebutkan namanya mengatakan salah satu bantuan militer yang diminta Rusia kepada Cina adalah pesawat nirawak atau drone.
Menanggapi laporan ini, juru bicara kedutaan besar Cina di Washington, Liu Pengyu mengatakan: "Saya belum pernah mendengar hal itu."
Dia mengatakan kepada awak media bahwa situasi di Ukraina "membingungkan" dan bahwa prioritas Cina adalah mencegahnya dari "meningkat atau bahkan lepas kendali."
"Kami mendukung dan mendorong semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian damai dari krisis," ujar Liu Pengyu dikutip dari kantor berita Reuters, Senin (14/03).
Otoritas Rusia juga belum memberikan tanggapannya tentang laporan ini. Efek ekonomi untuk AS Cina sendiri adalah eksportir terbesar dunia, yang merupakan mitra dagang terbesar Uni Eropa sekaligus pemasok logistik asing terbesar bagi AS.
Tekanan apapun yang diberikan kepada Cina, dinilai dapat memberikan efek ekonomi kepada AS dan sekutunya. Hubungan antara Cina dan AS dilaporkan tengah berada dalam titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.
Hubungan kedua negara semakin anjlok ketika bulan lalu Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Ruisa Vladimir Putin mengumumkan kemitraan strategis "tanpa batas", hanya seminggu sebelum Rusia menginvasi Ukraina.
Baca Juga: Rusia-Ukraina Damai, Harga Paladium Anjlok Hampir 17 Persen
Sebelumnya, AS juga menuduh Cina menyebarkan informasi keliru Rusia yang bisa menjadi dalih pasukan Putin untuk menyerang Ukraina dengan senjata kimia atau biologis. rap/hp (AP, Reuters, AFP)