Suara.com - Amerika Serikat memperingatkan China tentang sanksi ekonomi dan isolasi global yang akan dihadapi Beijing jika terus membantu Rusia dalam invasinya ke Ukraina.
Peringatan ini disampaikan di saat Uni Eropa mengumumkan paket sanksi keempat terhadap Rusia pekan ini.
Dalam pertemuan selama tujuh jam di Kota Roma, penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, menyampaikan kekhawatirannya kepada pejabat China, Yang Jiechi, tentang keberpihakan China padaRusia.
Sebelumnya, Pemerintah AS memberi tahu sekutunya di NATO dan beberapa negara Asia bahwa China telah mengisyaratkan kesediaannya memberikan bantuan militer dan ekonomi ke Rusia untuk mendukung perang.
Pesan tersebut, yang dikirim melalui kabel diplomatik, juga menyebutkan bahwa China diperkirakan akan menolak tudingan itu.
"Ini nyata, ini punya konsekuensi dan sangat mengkhawatirkan," kata pejabat AS yang tak bersedia disebutkan namanya.
Setelah pembicaraan keamanan berakhir, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan singkat, menjelaskan bahwa Jake Sullivan mengangkat "berbagai masalah dalam hubungan AS-China, termasuk diskusi substansial tentang perang Rusia melawan Ukraina".
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, pada konferensi pers di Washington mengatakan bahwa AS akan "mengawasi dengan cermat" apakah China atau negara lain memberikan dukungan kepada Rusia.
"Kami telah berkomunikasi, dengan sangat jelas, ke Beijing bahwa kami tidak akan berdiam diri," katanya.
Baca Juga: 8 Pertanyaan Seputar Konflik Rusia-Ukraina
"Kami tidak akan mengizinkan negara mana pun untuk memberikan kompensasi kepada Rusia atas kerugiannya [akibat sanksi]," kata Ned Price.
Pada hari Minggu (13/03), waktu setempat, AS mengatakan bahwa Rusia telah meminta peralatan militer China untuk membantu "operasi militer khusus".
Rusia membantah telah meminta bantuan militer China dan mengatakan kekuatan militer mereka cukup untuk memenuhi semua tujuannya di Ukraina.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian, menggambarkan laporan bahwa Rusia mencari peralatan militer dari China sebagai "disinformasi" dari pihak AS.
Pejabat Amerika Serikat dan negara-negara lain berusaha menjelaskan kepada China bahwa sikap memihak ke Rusia dapat membawa konsekuensi bagi arus perdagangan, pengembangan teknologi baru, dan dapat menyebabkannya terkena sanksi sekunder.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan peningkatan kemitraan strategis "tanpa batas" hanya beberapa minggu sebelum invasi ke Ukraina.
- 1
- 2
BERITA TERKAIT
Pesta Megah Al Ghazali Mungkin Tak Terulang di Pernikahan El Rumi dan Dul Jaelani
17 Juni 2025 | 21:58 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI