Pada hari Minggu (13/03), waktu setempat, AS mengatakan bahwa Rusia telah meminta peralatan militer China untuk membantu "operasi militer khusus".
Rusia membantah telah meminta bantuan militer China dan mengatakan kekuatan militer mereka cukup untuk memenuhi semua tujuannya di Ukraina.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian, menggambarkan laporan bahwa Rusia mencari peralatan militer dari China sebagai "disinformasi" dari pihak AS.
Pejabat Amerika Serikat dan negara-negara lain berusaha menjelaskan kepada China bahwa sikap memihak ke Rusia dapat membawa konsekuensi bagi arus perdagangan, pengembangan teknologi baru, dan dapat menyebabkannya terkena sanksi sekunder.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan peningkatan kemitraan strategis "tanpa batas" hanya beberapa minggu sebelum invasi ke Ukraina.
China, mitra dagang utama Rusia, telah menolak menyebut tindakan Moskow sebagai invasi.
Presiden Xi pekan lalu menyerukan "semua pihak menahan diri secara maksimum" di Ukraina dan menyatakan keprihatinan tentang dampak sanksi Barat terhadap ekonomi global.
Uni Eropaumumkan sanksi baru
Uni Eropa pada Senin malam mengumumkan bahwa 27 negara anggotanya telah menyetujui paket sanksi keempat untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Prancis, yang memegang kursi kepresidenan Uni Eropa, mengatakan bahwa negara-negara ini menyetujui paket yang menargetkan "individu dan entitas yang terlibat dalam agresi terhadap Ukraina", begitu pula dengan sektor ekonomi Rusia.
Baca Juga: 8 Pertanyaan Seputar Konflik Rusia-Ukraina
Detail pasti dari paket sanksi terbaru akan diungkapkan dalam jurnal resmi UE.