"Semua pemuda Afganistan layak untuk dididik,” katanya.
Taliban belum memutuskan jalan keluar Waheedullah Hashin, anggota senior Taliban kepada Associated Press, mengatakan bahwa mendaftarkan anak perempuan di pendidikan tinggi bisa mengikis dukungan keseluruhan untuk pemerintah kelompok militan.
"Kepemimpinan belum memutuskan kapan atau bagaimana mereka akan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah,” kata Hashimi.
Hashimi mengatakan ada dukungan untuk pendidikan anak perempuan di pusat-pusat perkotaan, tetapi sebagian besar pedesaan Afganistan, khususnya di daerah suku Pashtun, tetap menentang gagasan pendidikan anak perempuan.
Taliban membatasi hak-hak perempuan
Sejak naik ke tampuk kekuasaan pada Agustus 2021, setelah pasukan AS dan NATO menarik diri dari Afganistan, Taliban telah memberlakukan sejumlah pembatasan pada perempuan, termasuk menghentikan pendidikan menengah untuk anak perempuan.
Pada Februari 2022, beberapa universitas negeri dibuka, di mana Taliban akan mengizinkan perempuan bisa pergi ke universitas selama ruang kelas dipisah dan sesuai prinsip-prinsip Islam.
Namun, muncul laporan yang beragam perihal larangan perempuan masuk universitas.
Taliban melarang pendidikan bagi perempuan saat terakhir kali mereka berkuasa antara tahun 1996 dan 2001.
Masyarakat internasional telah berulang kali menjadikan pendidikan untuk anak perempuan dan perempuan sebagai bagian penting dari tuntutannya karena Taliban mencari pengakuan internasional atas pemerintahannya dan bantuan asing yang lebih besar untuk negara. rw/ha (AP, Reuters)