Beberapa perempuan yang juga dibawa ke Timor Barat sejak itu berhasil kembali ke rumah, banyak di antaranya melahirkan anak dari pemerkosaan.
Diperkirakan masih banyak perempuan yang terjebak di Indonesia, mungkin masih di bawah kendali penculik mereka.
Sebuah laporan PBB pada tahun 2001 mengatakan setelah pembantaian Suai, 20 wanita dibawa ke Timor Barat.
"Kami dapat menduga masih banyak Juliana lain yang menderita dalam diam atau yang tewas," kata juru kampanye hak-hak perempuan Kirsty Sword-Gusmao, mantan istri Xanana Gusmao.
"Tetapi angkanya tidak tersedia bagi kami. Faktor rasa malu dan normalisasi kekerasan oleh laki-laki terhadap perempuan dalam masyarakat Timor Leste, khususnya pada saat konflik, menghambat kita untuk mendapatkan gambaran yang benar dan akurat," ujarnya.
Kirsty membawa kasus Juliana dos Santos ke Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 2001 dan terus melobi untuk membebaskannya.
Ketika dia mendirikan Alola Foundation di Dili untuk meningkatkan kesadaran tentang kekerasan seksual terhadap perempuan, Kirsty menggunakan nama kesayangan Juliana, yaitu Alola.
Berbagai penyelidikan menemukan bahwa aparat keamanan Indonesia dan kelompok-kelompok milisi yang mereka kendalikan melakukan kekerasan seksual yang meluas dan sistematis di Timor Leste.
Keterlibatan aparat keamanan tersebut menjelaskan mengapa para pemimpin milisi seperti Egidio Manek mampu menghindari tuntutan hukum begitu lama.
Baca Juga: Wakil Ketua KPK Alexander Marwata: Timor Leste Lebih Bersih dari Indonesia
Kirsty Sword-Gusmao menuduh Pemerintah Indonesia telah menolak untuk menyerahkan lebih dari 300 warga Timor Leste, termasuk mantan anggota milisi yang didakwa melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Salah satunya, Egidio Manek.