"Saya selalu berhubungan dengan mereka. Saya berjanji saya akan mengirimkan uang untuk membuat paspor. Mereka ingin datang," ujar Juliana.
Pelarian penuh bahaya
Kisah pelarian Juliana tidak berlangsung lancar. Malah, penuh dengan bahaya.
Saat mendekati perbatasan Timor Leste di waktu malam, dia mengatakan keponakan Egidio Manek dan sejumlah aparat Indonesia memburunya dengan obor.
Dia terpaksa melompat ke dalam sungai yang dipenuhi buaya di sepanjang perbatasan Timor Leste.
"Airnya setinggi leher saya. Saya tahu ada tentara Indonesia yang mengejar, jadi saya berenang, berpegangan pada akar pohon untuk bertahan," tuturnya.
Juliana mengaku terpaksa menghabiskan lima jam di dalam air sebelum akhirnya mencapai hutan bambu di sisi Timor Leste.
"Sepanjang malam ayah saya terus-menerus menelepon," katanya.
"Untungnya saya bisa menjaga ponsel dari air dan masih berfungsi. Saya pasang mode senyap agar tidak terdengar oleh tentara Indonesia," katanya.
Juliana akhirnya menjadi perempuan yang bebas.
Baca Juga: Wakil Ketua KPK Alexander Marwata: Timor Leste Lebih Bersih dari Indonesia
Masih banyak Juliana lain
Kasus Juliana dos Santos paling dipublikasikan di antara ratusan perempuan dan gadis Timor Leste yang diperkosa, diculik, atau menjadi sasaran perbudakan seksual selama peristiwa Referendum Timtim.