Kuasa Hukum Pelaku Begal Sebut Majelis Hakim Abaikan Fakta Persidangan

Rabu, 27 April 2022 | 21:40 WIB
Kuasa Hukum Pelaku Begal Sebut Majelis Hakim Abaikan Fakta Persidangan
Ilustrasi pengadilan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tak hanya itu, Majelis Hakim dinilai hanya mengambil keterangan ahli dalam hal ini, Pengamat Telematika Roy Suryo, hanya sepotong-sepotong dan tidak memahami utuh penjelasannya di persidangan.

Dijelaskan, 'identifikasi dengan face comparation hasil 63% lebih ya itu adalah terdakwa atas nama M Fikri. Saya harus bicara apa adanya, memang hasilnya di bawah 70%, karena memang hasil dari CCTV ini dia berlari agak kencang.'

Selanjutnya ahli juga menjelaskan, 'Hasilnya memang 63%, kalau kurang pasti saya juga sampaikan. Biasanya kalau kurang dari 50% atau bahkan 40%, saya tidak berani melaporkan ini tapi karena lebih dari 60% saya bisa lakukan analisis. Kala dalam kasus ini, bisa dipastikan itu sinkron dengan foto terdakwa M. Fikry.'

Terkait barang bukti Honda Beat, ahli menjelaskan 'Plat nomornya identik dengan motor yang digunakan sebagai barang bukti. Nomor polisinya yaitu B 4358 FPW itu jelas sekali pada motor ini. Nah ini kalau di zoom terlihat jelas dan identik bahwa ini motor beat dan saya bisa pastikan warnanya gelap atau hitam dengan ciri-ciri ada stiker depan bagian samping adalah sama dengan motor barang bukti.'

Barang bukti arit yang berkaitan dengan terdakwa Abdul, yang disebut digunakan membacok korban, dalam keterangan Ahli dr. Ferryal Basbeth, Sp.F., yang menjelaskan bahwa 'prinsip utama dari barang bukti (instrumenta deliciti) harus dihubungkan kepada Pelaku.'

"Dalam perkara ini tidak berhasil dibuktikan bahwa barang bukti Arit kepada Terdakwa Abdul, karena seyogyanya jika benar Terdakwa Abdul Rohman menggunakan arit tersebut maka sudah pasti ada sidik Jari yang tertinggal," jelas Andi.

"Kami meyakini bahwa pada saat pemeriksaan tidak ditemukan sidik jari Terdakwa Abdul Rohman di Arit tersebut, selain itu Majelis Hakim juga melanggengkan kekeliruan penamaan Arit yang kemudian ditulis celurit untuk membangun insinuasi bahwa para terdakwa adalah orang jahat," sambungnya.

Selain itu ahli juga menjelaskan bahwa definisi membacok merupakan tindakan yang menggunakan, 'senjata tajam dan berat, dengan kekuatan, dan biasanya pada korban itu ada sampe patah-patah tulang.'

"Dalam perkara ini berdasarkan Visum Et Repertum luka yang dihasilkan hanya sepanjang 1,5 cm dan lebar 0,1 cm," ungkap Andi.

Baca Juga: Karyawati di Kemang Dibuntuti Pelaku hingga Teriak saat Dilecehkan, Satpam: Saya Pikir Lagi Bercanda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI