Peninggalan tersebut berfungsi sebagai tujuan bagi wisatawan dan pelajar, sebagai bagian dari upaya Perusahaan Tenaga Nasional milik negara untuk mendidik masyarakat tentang tenaga nuklir.
Pengunjung dibawa menaiki tangga logam dan melalui lorong seperti kapal selam untuk melihat reaktor yang tidak aktif dan pipa bahan bakar yang masih terbungkus plastik.
"Museum korupsi" Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengeluarkan perintah eksekutif pada awal tahun 2022, yang menjadikan tenaga nuklir sebagai bagian dari bauran energi yang direncanakan negara itu.
Hanya saja para kritikus berpendapat bahwa sumber terbarukan, seperti angin dan matahari, lebih murah dan lebih aman untuk diproduksi di negara yang sering dilanda gempa bumi topan dan letusan gunung berapi.
"Jika ditambah dengan efek perubahan iklim, (pengoperasian Bataan) itu akan menjadi perhatian besar bagi masyarakat lokal,” kata Roland Simbulan, seorang aktivis anti nuklir.
Gagasan mengubah pembangkit listrik menjadi fasilitas batu bara atau gas alam sudah lama ditinggalkan. Ronald Mendoza, Dekan Sekolah Pemerintahan Areneo Manila mengatakan akan lebih murah untuk membangun pabrik baru dan mengubah Bataan menjadi "museum korupsi” terbesar di Asia sebagai pengingat kesalahan masa lalu.
Kepala Preservasi dan Pemeliharaan di PLTN Bataan, Joe Manalo mengatakan, skeptis tentang pembangkit listrik itu pernah menghasilkan. "Itu tergantung pada pemerintah dan presiden baru,” kata Manalo saat dia memandu AFP melewati lorong labirin dan ruangan. "Melihat berarti percaya.” rw/ha (AFP)

Baca Juga: Keluarga Marcos Bisa Berkuasa Lagi di Filipina Bila Bongbong Jadi Presiden