![Arsip - Seorang pekerja merawat tanaman ganja di pertanian Rak Jang, salah satu pertanian pertama yang diberi izin oleh pemerintah Thailand untuk menanam ganja dan menjual produknya ke fasilitas medis, di Nakhon Ratchasima, Thailand, 28 Maret 2021. [ANTARA/Reuters/Chalinee Thirasupa/as]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/06/27/74583-tanaman-ganja.jpg)
Setelah percakapan itu, Santi kembali ke Yogyakarta bersama Pika dan suaminya pada 2015. Tanpa pernah terbersit dipikirannya menggunakan tumbuhan ilegal itu untuk pengobatan buah hatinya.
Di Yogyakarta, dia tetap melanjutkan pengobatan Pika dengan prosedural yang berlaku di Indonesia. Hingga pada suatu waktu dia bertemu dengan Dewi Sartika, seorang ibu yang memiliki anak dengan kondisi yang sama dengannya.
"Beliau kan mengajak Musa (anak dari Dewi Pratiwi) untuk berobat ke Australia untuk terapi ganja di sana. Nah itu kondisinya membaik, gejala-gejalanya berkurang. Jadi kan kita itu berpikir, dia itu pakai apa? Saya juga pengen anak saya membaik, tapi kan enggak bisa mendapatkan itu di Indonesia," ujar Santi.
Baginya untuk bisa ke luar negeri, demi bisa menyembuhkan Pika dengan menggunakan ganja secara medis, suatu hal yang sangat berat. Mengingat kondisi perekonomian keluarganya.
Semenjak Pika divonis cerebral palsy pada akhir 2014, Santi memilih untuk tidak bekerja. Dia ingin fokus merawat sang anak. Sementara suaminya, seorang pelukis yang penghasilannya tak menentu. Selama Pika sakit pengobatannya dibantu oleh BPJS. Di luar itu mereka juga harus menanggung biaya lainnya yang tidak sedikit, yang tak dicover BPJS.
Dari rangkaian peristiwa yang dijalani, pada November 2020, Santi akhirnya mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK), dengan harapan besar ganja dilegalkan untuk medis.
Ke Jakarta untuk Aksi
Dua tahun lamanya menunggu, gugatan tersebut tak kunjung mendapat kepastian, hingga akhirnya Santi memutuskan bertolak ke Jakarta memboyong Fika dan suaminya. Di ibu kota, pada hari bebas kendaraan atau CFD, Minggu (26/6/2022) kemarin.
Santi berunjuk rasa dengam membawa poster bertuliskan: "Tolong Anakku Butuh Ganja Medis"
Baca Juga: Mau Kaji Secara Matang Soal Ganja Medis, Komisi III DPR RI: Tapi Bukan Legalisasi Untuk Kesenangan
Aksinya itu pun mendapat perhatian publik, hingga viral di media sosial dan menjadi bahan pemberitaan. Santi mengatakan apa yang perjuangkan bukan hanya untuk Pika seorang, namun anak lainnya dengan kondisi yang sama. Harapannya tak muluk-muluk, hanya menginginkan ganja dilegalkan untuk kebutuhan medis.

"Harapan saya seperti ibu-ibu yang lain.Melihat anak-anak mereka sehat. Melihat anak-anak mereka bisa tersenyum. Dan kami memohon kepada MK memberikan perhatian yang lebih pada permohonan kami, yang maunya kami di legalkan ganja medis secepatnya," ujar Santi penuh harap.
Diakuinya perjuangannya itu memang tidak mudah, dan akan sangat berat. Setidaknya Santi berusaha untuk kesembuhannya anaknya.
"Kami enggak tahu apa yang terjadi besok, tapi kan paling tidak saya sudah memberikan apa yang bisa saya berikan untuk anak saya," kata ujarnya.