Suara.com - Sholat istikharah adalah sholat yang sangat dianjurkan oleh Imam Nawawi. Dalam kitab al-Adzkar, dikatakan bahwa istikharah sunah pada semua perkara yang memiliki beberapa pilihan.
Berikut tata cara sholat istikharah yang diambil dari NU Online, lengkap berserta niat dan doanya.
Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa Rasulullah dalam sebuah hadis riwayat Jabir Ibn Abdillah RA berkata: "Jika diantara kalian hendak melakukan perkara/urusan, maka rukuklah (shalat) dua rakaat : kemudian berdoa…" (HR al-Bukhari).
Kata ‘al-amr’ yang dalam hadis di atas berarti perkara atau urusan yang bermakna umum. Meski begitu, berbagai perkara wajib tidak perlu diistikharahi, sebab kita tidak punya pilihan selain yang wajib harus dilakukan dan yang haram harus ditinggalkan.
Istikharah adalah upaya memohon kepada Allah SWT agar diberikan jawaban atas pilihan terbaik kepada kita. Mendirikan sholat istikharah sangat mudah, yaitu sholat dua rakaat dengan niat sebagai berikut:
"Ushollii sunnatal istikhooroti rok'ataini lillaahi ta'aalaa", yang artinya: "Aku niat shalat sunnah istikharah dua raka'at karena Allah Ta'ala".
Rakaat pertama setelah membaca surat al-Fatihah kemudian baca surat al-Kafirun, dan rakaat kedua setelah al-Fatihah membaca surat al-Ikhlas. Kemudian setelah salam membaca doa sebagai berikut.
Baca Juga: Bacaan Niat Sholat Istikharah, Lengkap dengan Tata Cara Meminta Petunjuk Allah SWT
Setelah selesai sholat Istikharah, dianjurkan membaca doa yang dikutip dari 'Nihayatuz Zain' karya Syekh Nawawi Banten:
"Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub."
"Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (menyebutkan persoalannya) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi."
"Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”