Madinatul Hujjaj, Saksi Bisu Keriaan Ibadah Haji Indonesia Masa Lalu

Kamis, 30 Juni 2022 | 15:05 WIB
Madinatul Hujjaj, Saksi Bisu Keriaan Ibadah Haji Indonesia Masa Lalu
Madinatul Hujjaj, Saksi Bisu Keriaan Ibadah Haji Indonesia Masa Lalu [Dok: MCH 2022]

Ada gedung besar di dalam komplek. Di tiap kamar, ada ranjang susun untuk peraduan jemaah. Selama 24 jam di sana, semua dokumen jemaah haji diproses, baik itu paspor, boarding pass, termasuk bagasi.

"Namun, kondisi bangunan tersebut semakin lama, semakin tua, semakin rapuh. Jemaah kita pun banyak yang sepuh. Jika dipaksakan masuk sana kan kasihan, apalagi mereka yang berada di lantai 2," kata Nasrullah.

Kendati begitu, Nasrullah mengakui koordinasi dan pengaturan di Madinatul Hujjaj lebih baik serta nyaman, meski fasilitasnya sangat sederhana. Sebab, di sana, jemaah bisa lebih santai sampai mempersiapkan kepulangan.

Dia masih mengingat keramaian jemaah di Madinatul Hujjaj. Meski lelah menunggu kepulangan, jemaah tidak bisa tidur. Suasananya di situ sangat bahagia. Di sana, ada pasar kaget. Pedagang menjual bakso, ketoprak dan segala macam penganan khas Indonesia.

"Meski jemaah capek, tapi suasananya saat itu happy. Sebelum jemaah berangkat di bus menuju gerbang, dituntun baca doa oleh pembimbing menggunakan speaker," tutur Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji tersebut.

Madinatul Hujjaj semakin renta. Pemerintah pun memutuskan untuk tidak menggunakan Madinatul Hujjaj sebagai lokasi transit jemaah. Buntutnya, disediakan hotel-hotel transit di Jedah sebagai lokasi penginapan jemaah haji.

Wacana refungsi

Pada 2009, Menteri Agama saat itu, Maftuh Basyuni, sempat mewacanakan refungsi Madinatul Hujjaj di Jeddah. Tujuannya memudahkan koordinasi pengurusan jemaah haji Indonesia di Tanah Suci pada masa mendatang.

"Jika hal itu memungkinkan, saya lebih cenderung menggunakan Madinatul Hujjaj sebagai asrama transit kedatangan dan pemulangan jemaah haji Indonesia," kata Maftuh seperti dikutip dari Republika.

Baca Juga: Mengapa Haji 2022 Mendapat Gelar Haji Akbar? Ini Penjelasannya

Sebaliknya, Ketua Umum MPP Rabithah Haji Indonesia saat itu, Ade Marfuddin, mengaku kurang setuju dengan refungsi Madinatul Hujjaj. Menurutnya, itu hanya merupakan upaya pemborosan bagi jamaah haji.

"Lebih baik dikoordinasikan lebih awal, harusnya jamaah haji sudah dipersiapkan pulang ke tanah air sejak dari pondokan Mekah, sehingga tidak perlu lagi transit di Jeddah. Ini akan menghemat biaya dan patut dicoba," ujarnya dikutip dari Nu.or.id.

Ade menambahkan pemerintah sebaiknya jangan memberikan peluang bagi jamaah haji untuk keluar dan bermalam di Jeddah. Di Jeddah, kata Ade, tidak ada lagi kegiatan yang menyangkut ibadah haji, di sana juga tidak banyak tempat untuk ziarah.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI