Tidak berhenti di sana, keluarga Melissa juga membeli pakaian bekas, meminjam mainan untuk anaknya Kieran dari perpustakaan, dan membuat perabotan dari materi yang tidak terpakai.
Keuntungan terkikis namun tetap lebih baik
Serupa dengan Melissa, warga Indonesia lainnya di Australia Selatan, Nila Osborne juga merasakan keuntungan dari memiliki kebun sendiri.
Sejak pindah dari Alice Springs, Australia Utara di tahun 2016, Nila membawa kebiasaan berkebun dia dan suaminya ke Adelaide.
"[Di kebun saya] ada lemon, limau, tomat tapi sudah mati karena musim dingin, serai, cabe yang pasti, selada tapi sudah habis, kemangi, dan rempah lain seperti parsley," kata Nila.
"Saya juga punya pohon alpukat yang buahnya banyak sekali dan terkadang saya jual."
Nila mengaku merasa lega karena di tengah kenaikan harga, dia masih bisa menghemat pengeluaran bahan makanan dengan mengonsumsi hasil kebunnya yang dibekukan.
Selain memiliki kebun, Nila juga sudah sejak 2016 memasang panel surya di rumahnya.
Selama bertahun-tahun, keberadaan panel tersebut telah memotong biaya pengeluaran listrik keluarga Nila dan bahkan memberikan keuntungan finansial.
Walau demikian di tengah inflasi, keuntungan dari penggunaan panel suryanya semakin menipis.
Baca Juga: Warga Migran Berpikir untuk Meninggalkan Australia Karena Kenaikan Biaya Hidup
"Hingga bulan Mei kemarin saya bayar A$87.47 [untuk tiga bulan] sementara Mei tahun lalu saya hanya bayar A$73.57," katanya.