Suara.com - Kenaikan harga kebutuhan di Australia telah membuat para migran berpikir dua kali tentang apakah masih ingin menetap di negara tersebut.
Mira Sulistyanto harus pelan-pelan mempertimbangkan apakah dirinya harus mengambil risiko keuangan dengan kembali ke universitas untuk menempuh S3.
Karena keputusan itu akan berujung pada dirinya mengurangi jam kerja dan menambah utang pendidikan yang dirasa tidak cerdas di tengah masa inflasi.
"Saya rasa ada beberapa pertanyaan penting apakah bertambahnya tekanan ekonomi menjadi penghalang bagi orang untuk melanjutkan pendidikan mereka karena memikirkan konsekuensinya," katanya.
Perempuan berusia 25 tahun tersebut mengatakan biasanya ia sering berkunjung ke Indonesia untuk berjumpa dengan keluarganya di Jawa.
Namun kenaikan biaya perjalanan menghentikan langkahnya.
"Sejak pandemi ditambah tekanan ekonomi, aktivitas ini bukan menjadi tidak mungkin, tapi jauh dari jangkauan," katanya.
Mira yang tinggal di Adelaide mengatakan hal ini tidak hanya dialaminya seorang diri.
Topik ekonomi selalu menjadi bahasan dia dan teman-temannya, khususnya tips cara menabung.
Dia mengatakan telah mencoba mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang berkaitan dengan "kemewahan" seperti naik Uber, makan di luar, dan mengurangi memesan makanan 'takeaway'.
Mira telah mempelajari banyak trik bermanfaat dari teman-temannya, termasuk bagaimana merencanakan belanjaan seminggu sebelumnya dan menyimpan penghasilannya ke dalam tempat khusus di rekening banknya untuk menghemat uang.
Lucas Walsh, direktur Pusat Kebijakan Remaja Monash University mengatakan perekonomian yang buruk saat ini bahkan dapat berdampak lebih parah bagi komunitas dengan bahasa dan budaya lain di Australia.
"Jika Anda berasal dari latar belakang migran generasi pertama atau kedua, Anda lebih mungkin mengalami rasisme dan pengucilan, yang juga berdampak pada pekerjaan," katanya.
Tinggal atau pergi?
Di Wyndham Vale, Melbourne, Vinu Shankar Ganesun dan keluarga mudanya baru saja pindah ke rumah mereka yang baru dibangun.
Tetapi karena biaya hidup terus meningkat, Vinu dan istrinya Akila, yang berangkat dari India enam tahun lalu dengan visa pekerja keterampilan, mulai mempertimbangkan apakah mereka harus tinggal di Australia.