Separuh Tunjangan Beasiswa Habis untuk Bayar Kos: Mahasiswa Indonesia Terdampak Inflasi Australia

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 05 Juli 2022 | 18:15 WIB
Separuh Tunjangan Beasiswa Habis untuk Bayar Kos: Mahasiswa Indonesia Terdampak Inflasi Australia
Ilustrasi Australia (Pixabay/pattyjansen)

Suara.com - Agung Sedayu tak pernah membayangkan akan tinggal nge-kost saat menempuh pendidikan di Monash University, Melbourne, Australia.

Saat ini ia menempati salah satu kamar di rumah berkamar lima.

Selain kamar yang ditempati Agung dan keluarganya, tiga kamar lain ditempati dua mahasiswa lajang dan satu keluarga lainnya.

PegawaiKementerian Keuangan RI ini melanjutkan pendidikan master kebijakan publik dengan beasiswa dari LPDP, dengan tunjangan biaya hidup sebesar A$2.200 per bulan.

"Saya menghabiskan 1.030 dolar [Rp10 juta] sebulan untuk membayar sewa kost di sebuah rumah dekat kampus," jelas Agung kepada Farid Ibrahim dari ABC Indonesia.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga, istri Agung membantu bekerja lepas atau kasual.

Agung menambahkan, memasuki musim dingin di Melbourne saat ini, dia harus menyisihkan tambahan dana untuk biaya mesin pemanas udara.

Agung merupakan salah satu dari 13.050 mahasiswa asing asal Indonesia yang tercatat sebagai pemegang visa pelajar di Australia.

Menurut data Departemen Pendidikan, Keterampilan, dan Lapangan Kerja, jumlah mahasiswa yang memegang visa pelajar di Australia tercatat sebanyak 456.811 orang selama periode Januari hingga April 2022.

Baca Juga: Sayur dari Kebun: Warga Indonesia Ini Tak Terdampak Inflasi Australia

Dari jumlah tersebut, mahasiswa asal China masih menempati urutan teratas, sebanyak 129.542 orang, sementara Indonesia di urutan kelima dengan 13.050 mahasiswa.

Dibandingkan dengan periode 2019, tercatat adanya penurunan sebesar 13 persen jumlah pemegang visa pelajar saat ini.

"Saya kira hal itu lebih disebabkan oleh adanya penutupan perbatasan, bukan karena faktor biaya," jelas Tengku Kelana Jaya, seorang agen pendidikan di Melbourne.

Menurut Kelana, di lembaga yang dikelolanyaMasiratna Study Abroad (MSA), justru terjadi kenaikan jumlah mahasiswa yang disalurkan ke berbagai perguruan tinggi.

"Untuk pendaftaran mahasiswa periode Februari 2022 ada sekitar 50 hingga 60 mahasiswa yang kami tangani. Sedangkan periode Juli nanti sudah ada 100-an calon mahasiswa," jelasnya.

Ia menilai Australia tetap atraktif sebagai tujuan kuliah karena adanya faktor kemungkinan untukmenjadi penduduk tetap setelah menyelesaikan pendidikannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI