Di mana terjadi peningkatan ketimpangan gender maka kerawanan pangan juga meningkat.
Negara dengan tingkat ketimpangan gender yang tinggi seperti Yaman, Sierra Leone dan Chad — mengalami tingkat keamanan pangan dan gizi paling rendah menurut laporan tersebut.
Perempuan yang bekerja mengurangi tingkat kerawanan pangan
Laporan menyebutkan perempuan yang bekerja atau memiliki penghasilan atau langsung terlibat dalam kegiatan pertanian untuk mencukupi diri sendiri lebih kecil kemungkinannya mengalami kerawanan pangan.
Bule, seorang petani dari Vanuatu, mengatakan kepada CARE bahwa dia mendapatkan penghasilan dengan bercocok tanam untuk dijual ke pasar setempat dan norma gender sudah berubah dalam komunitasnya.
Dia bekerja bersama dengan perempuan lain berbagi ide mengenai bagaimana mempertahankan produksi makanan dalam situasi ancaman cuaca yang bisa menghancurkan produksi mereka.
"Ketika terjadi hujan lebat, air membanjiri tanah kami. Ini menyulitkan kami karena tanaman menjadi busuk dalam air dan kami tidak memiliki apa-apa untuk dimakan," katanya.
"Menanam di daerah perbukitan adalah tempat terbaik karena air akan turun dari dataran tinggi ke kali ketika terjadi hujan lebat. Bercocok tanam di tanah yang datar sangat buruk. Ini seperti kita harus menyelam ketika memanen tanaman.
Bule mengatakan dalam komunitasnya pria yang biasanya menjadi kepala rumah tangga sekarang sudah berubah, dan 'anak-anak, bapak dan ibu sekarang semua sama'.
"Tidak seorang pun lebih tinggi kedudukannya dibandingkan yang lain."
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Dunia Sedang Mengalami Kekurangan Pangan
Laporan CARE menyebutkan di dalam rumah tangga yang perempuannya bekerja 11 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami masalah kerawanan pangan.