Direktur Eksekutif CARE Australia, Peter Walton, mengatakan situasi keamanan pangan yang memburuk ini disebabkan karena pandemi COVID-19, perubahan iklim dan perang di Ukraina.
Perang di Ukraina telah menyebabkan masalah pengiriman bahan makanan ke seluruh dunia.
Menurut Program Pangan Dunia, Rusia dan Ukraina menguasai 30 persen pasar ekspor gandum, dan 20 persen pasar ekspor tepung jagung.
Peter Walton mengatakan masalah kerawanan pangan tersebut konsisten di seluruh dunia, termasuk di Australia, di mana perempuan lebih rentan mengalami kelaparan dibandingkan pria.
"Secara khusus, ini lebih mengkhawatirkan untuk perempuan orangtua tunggal dan perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga," katanya.
"Ini masalah global dan tentu saja Australia juga mengalami hal yang sama juga."
Laporan yang berjudul — Keamanan Pangan dan Kesetaraan Gender- menemukan bahwa bahkan bila pria dan wanita ada dalam situasi kekurangan pangan, pria masih bisa mendapatkan porsi yang lebih kecil sementara perempuan tidak mendapatkan makanan sama sekali.
Sebagai contoh di Lebanon, 85 persen perempuan mengkonsumsi porsi yang lebih kecil dibandingkan 57 persen pria di awal pandemi COVID-19.
Perempuan yang tidak memiliki penghasilan dan tidak mendapatkan bantuan dari laki-laki dalam urusan rumah tangga, lebih besar kemungkinannya mengalami kerawanan pangan dan makanan yang tidak sehat.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Dunia Sedang Mengalami Kekurangan Pangan
Laporan CARE juga menemukan bahwa ketimpangan gender bertalian erat dengan kerawanan pangan.