Suara.com - Harga telur ayam kembali melonjak dengan angka yang terbilang fantastis dan dianggap semakin menyulitkan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Kenaikan harga telur tentu ada penyebabnya. Hal tersebut bisa diketahui melalui beberapa fakta di bawah ini, termasuk reaksi Mendag, harga terkini, serta curhatan warga.
1. Reaksi Mendag
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menolak untuk menjawab penyebab dari melonjaknya harga telur di pasaran dan menganggap kenaikan itu wajar.
"Oh itu nggak seberapa kok. Jangan diributkan ya," ujar Zulhas saat ditemui awak media di kantornya, Selasa (23/8/2022), seperti dikutip dari Wartaekonomi -- jaringan Suara.com.
Pernyataan Mendag membuat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengelus dada. Ketua Umum DPP Ikappi Abdullah Mansuri mengatakan pemerintah seharusnya fokus menyelesaikan persoalan tersebut.
2. Harga Telur di Sejumlah Daerah
Harga telur ayam yang semula Rp20 ribu-an per kilogram mulai naik di pasaran hingga mencapai Rp30 ribu-an per kilogram sejak beberapa waktu lalu.
Kini, berdasarkan hasil pantauan pada Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag), rata-rata harga nasional telur ayam ras per 23 Agustus 2022 sebesar Rp31.000/kg.
Untuk daerah Jawa Barat, seperti kota Bogor berada di angka Rp31.500/kg. Untuk daerah Depok telur ayam di jual Rp30.500/kg, dan di kota Bekasi harga telur ayam dibanderol dengan harga Rp30.750/kg.
Adapun jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya, harga rata-rata nasional telur ayam ras berada di level Rp30.100/kg, atau naik 2,99 persen di pekan ini menjadi Rp31.000/kg.
Namun, ada kenaikan harga telur ayam di Cianjur yang saat ini berada di angka Rp 35 ribu per kilogram lantaran harga pakan naik sedangkan tingkat pemakaian meningkat.
Bahkan, hari ini Rabu (24/8/2022), harga telur ayam broiler di sejumlah pasar tradisional di Mataram terus mengalami kenaikan sebesar Rp58.000 - Rp60.000 per 30 butir.
3. Curhatan Warga
Ati, seorang pedagang telur di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur mengaku mengalami penurunan omzet penjualan hingga 25 persen karena banyak konsumen yang mengeluhkan harga telur mahal.