“Buruh menolak dan mengecam rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM karena kenaikan BBM akan mengakibatkan lonjakan inflasi yang diprediksi bisa tembus di angka 6,5 persen,” ujar Jazuli, Ketua Eksekutif Komite Partai Buruh Provinsi Jawa Timur pada Rabu (31/08/2022).
Tak hanya itu, sekelompok aksi massa itu juga menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur di 2022 sebesar 10 persen dan mendesak Disnakertrans agar memperbaiki kinerjanya.
Nelayan dibuat nelangsa
![Sejumlah kapal nelayan bersandar di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo pada Rabu (31/8/2022). [Foto: Zulkiflie/Jatimnet]](https://media.arkadia.me/v2/articles/souparmand/2IWsja7fgFGumk1rhWTRzc2KQ5q6Zcq1.png)
Wacana kenaikan tersebut juga berdampak pada para nelayan yang harus melaut. Hal tersebut tampak dari para nelayan di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Mayangan, Kota Probolinggo. Bahkan jauh sebelum wacana ini mencuat, mereka sulit mendapatkan BBM dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) setempat.
Seorang elayan setempat, Mustofa bahkan mengungkap beberapa nelayan terpaksa berhenti melaut karena keterbatasan BBM.
"Susah nelayan kalau seperti ini, Pak. Sekarang saja saya memilih tidak melaut sementara waktu karena sulitnya mendapatkan solar. Apalagi nanti kalau jadi naik harganya," ujar Mustofa seperti dikutip Jatimnet.com - jaringan Suara.com, Rabu (31/8/2022).
Driver ojol dibuat resah

Para driver ojol juga turut masuk ke daftar rakyat yang mengalami imbas wacana kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Salah satunya seperti yang dikeluhkan oleh pengemudi ojek online di Yogyakarta, Septian (24).
Bagi Septian, BBM merupakan salah satu unsur terpenting dalam pekerjaannya. Namun sayangnya, Septian dan para driver ojol lainnya memiliki penghasilan yang tak menentu.
"Faktanya merugikan sekali, soalnya ojol kan penghasilannya tidak menetap," terangnya, Rabu (31/8/2022).
Sopir angkot sebut 'masa paceklik'
![Pengemudi angkot menunggu penumpang di pangkalan simpang Tanjung Purwokerto, Rabu (31/8/2022). [Suara.com/Anang Firmansyah]](https://media.arkadia.me/v2/articles/souparmand/3tL6o8sAaEvVMnbIe0sOjl7EttGa4vgH.png)
Sederet pengemudi angkutan kota (angkot) di Purwokerto juga turut menjerit usai muncul isu kenaikan harga BBM. Narsan (65) yang setelah puluhan tahun berprofesi sebagai sopir angkot mengatakan jika BBM bersubsidi jadi naik akan sangat langsung berdampak pada penghasilan kesehariannya.
Baca Juga: Pengalihan Subsidi BBM ke Bansos Dinilai Bisa Jaga Daya Beli Masyarakat
Ia sontak meminta agar para pemangku kepentingan mempertimbangkan wacana tersebut dengan melihat kondisi orang sepertinya.
"Orang tidak naik saja sudah sangat berkurang sekali penghasilannya, apalagi kalau seandainya jadi naik. Tolonglah perhatikan nasib kami," katanya saat ditemui di pangkalan angkot Purwokerto, Rabu (31/8/2022).
Senada dengan Narsan, Usmanto (62) bahkan mengibaratkan kenaikan harga BBM adalah musim 'paceklik' bagi para sopir angkot.
"Ibarat petani ya, kita sekarang sedang memasuki musim paceklik. Pahit sekali, mau protes ya pasti tidak ada pengaruhnya. Percuma saja demo-demo," tuturnya.
Kontributor : Armand Ilham