Lelaki berusia 50 tahun itu semakin cemas ketika mengetahui polisi menembaki gas air mata ke Aremania seusai laga melawan Persebaya.
Dia menyambangi lima teman sebaya Dendy yang ternyata sudah pulang. Tapi kelimanya mengatakan tidak melihat Dendy setelah kerusuhan.
Tengah malam itu juga, tak memedulikan tubuhnya yang sudah lelah, Sugeng berangkat ke stadion mencari si bungsu.
"Teman-temannya bilang sempat menunggu Dendy di depan stadion, tapi tak ketemu. Akhirnya mereka pulang,” kata Sugeng.
Di stadion, Sugeng hanya mendapati sepeda motor yang dipakai Dendy. Kendaraan itu dijaga petugas parkir di area stadion.
“Tapi motornya belum bisa diambil karena harus bawa BPKB.”
Sugeng melanjutkan pencarian. Dia pergi ke rumah-rumah sakit sekitar stadion. Di sana, dia sempat membuka satu per satu kantong jenazah.
Terpaksa ia melakukannya, karena pada kantong jenazah tidak tertulis nama, hanya jenis kelamin.
“Jenazahnya ada yang luka parah bagian muka, seperti kesiram air panas. Mayoritas seperti itu," kata dia.
Baca Juga: Tragedi Kerusuhan Kanjuruhan Malang, Polri Periksa Sejumlah Pihak, Ini Daftarnya
Hingga pagi tak kunjung menemukan anaknya di beberapa rumah sakit, Sugeng sempat putus harapan. Namun, ada satu sanak keluarganya menyarankan Sugeng ke RSUD DR Saiful Anwar Malang.